Halaman

Cari Blog Ini

Minggu, 15 September 2013

Pembantaian Burung Tingang (Enggang)


SUNGAI RAYA, KOMPAS - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan meminta dukungan banyak pihak untuk mencegah berulangnya pembantaian burung enggang, burung endemik Kalimantan Barat. Paruh burung itu diselundupkan ke luar negeri.

”Kenapa di luar negeri paruh burung enggang itu laku sekali sehingga memicu perburuan di Indonesia? Ini tak bisa dibiarkan dan harus ada keterlibatan berbagai pihak,” kata Zulkifli, seusai peresmian program Muhammadiyah Kalimantan Barat Menanam Pohon, di Kabupaten Kubu Raya, Selasa (29/1).

Sepanjang 2012, pembantaian burung enggang marak di Kalbar. Sebagian habitat enggang ada di luar kawasan lindung sehingga pengawasan lemah.
Keterlibatan sejumlah pihak di luar Kementerian Kehutanan, lanjut Zulkifli, penting agar persoalan itu bisa diselesaikan lintas sektor. ”Dukungan banyak pihak sangat penting karena kami tak bisa sendirian,” ujarnya.

Gambar Paruh Engang
Anggota Kalimantan Birding Club, Firdaus, menjelaskan, perburuan burung enggang terakhir kali diketahui akhir 2012. Ketika itu, tim Ekspedisi Uud Danum menemukan perburuan 14 enggang di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang.

Menurut dia, paruh dan batok kepala burung enggang bernilai Rp 4 juta per buah di luar negeri. ”Tiga tahun lalu harganya Rp 800.000 per buah. Semakin sulit diperoleh, harganya makin mahal. Kami khawatir, tanpa upaya serius pemerintah, burung enggang simbol Kalbar suatu saat tinggal nama,” kata Firdaus.[2]

Keperdulian kita terhadap lingkungan semakin diperlukan segera dan mendesak mengingat keselarasan alam telah kian memudar dengan adanya nafsu-nafsu jahat dalam diri manusia. Kalau tidak melakukan keperdulian sekarang kapan lagi. Rumah (hutan) burung tinggang sudah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit skala besar, kemana mereka akan berdiam jika diluar mereka diburu, Save to : Burung Tinnggang (Enggang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar