Halaman

Cari Blog Ini

Kamis, 12 September 2013

Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
              Anak sekolah merupakan aset Negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat mempunyai sifat yang individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat dari pertumbuhan putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktifitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan, ( Moehji, 2003 ).
              Kelompok anak sekolah umumnya mempunyai kondisi  gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misalnya BB yang kurang, anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium, ( Sediaoetama, 1996 ).
                Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein mempunyai IQ lebih rendah 1a0-13 skor dibandingkan dengan anak yang tidak kekurangan energy protein. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang tidak mengalami gangguan akibat kekurangan iodium, ( Karsin, 2004 ).
               Lebih dari sepertiga (36,1 %) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indicator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun permpuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak  pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dari 39,8 % pada tahun 1994 menjadi 36,1 % pada tahun 1999, ( Depkes, 2004 ).
                Gizi merupakan salah satu factor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau. Bahkan jauh sebelum masa itu, ( Budiyanto, 2002 ).
                 Factor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai factor yang melatarbelakangi kedua factor tersebut misalnya factor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan, ( Suhardjo, 1996 ).
   Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolism dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak, ( Anwar, 2008 ).
Dari hasil akumulasi nilai di akhir semester, dapat ditemukan data bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki prestasi belajar yang cukup baik yaitu memiliki nilai rata-rata ≥ 7,0 namun juga terdapat siswa yang memiliki nilai rata-rata < 7,0 .   Selain itu, setiap siswa terlihat memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda. Terdapat siswa yang memiliki ukuran tubuh yang besar, namun juga terdapat siswa yang memiliki ukuran tubuh yang kecil.  Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Ambawang.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan status gizi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang.

C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang.
2.      Tujuan Khusus
a). Mengukur status gizi siswa siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Desa Jawa Tengah,          Kecamatan Sungai Ambawang.
b). Mengukur prestasi siswa siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang.
c). Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar     Negeri 10 Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Siswa
Adapun manfaat bagi siswa adalah agar dapat memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar siswa sehingga prestasi siswa dapat meningkat dengan cara meningkatkan status gizi yang baik.
2.      Bagi Sekolah Dasar Negeri 10
Adapun manfaat bagi sekolah dasar negeri 10 adalah agar dapat memberikan masukan kepada institusi atau sekolah untuk memasukkan informasi tentang gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3.      Bagi Wali Murid dan Guru
Adapun manfaat bagi wali murid dan guru adalah agar dapat memberikan informasi status gizi yang baik guna meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga wali murid dan guru senantiasa menjaga status gizi siswa agar tetap baik.

4.      Bagi Peneliti
Adapun manfaat bagi peneliti ini adalah untuk menjadikan suatu masukan dan merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa.

 
BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Teori dan Konsep

1.     Anak Sekolah Dasar
a.        Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar
                 Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat, mempunyai sifat individual, aktif dan tidak tergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji,2003).
   Karakteristik anak sekolah meliputi :
1)      Pertumbuhan tidak secepat bayi
2)      Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen
3)      Lebih aktif memilih makanan yang disukai
4)      Kebutuhan energy tinggi karena aktivitas meningkat
5)      Pertumbuhan lambat
6)      Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energy yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji,2003)
b.      Masalah Gizi Anak
                  Masalah gizi (malnutrition) merupakan suatu keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2002).

Ada empat bentuk malnutrisi :
1)      Under nutrition
kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute untuk periode tertentu.
2)      Specific deficiency
kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3)      Over nutrition
kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
4)      Imbalance
karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi. Sejak akhir tahun 1980, zat gizi dikelompokkan ke dalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan sumber energy (karbohidrat, protein, lemak).  Sedangkan, zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Sehubungan dengan itu terdapat masalah gizi makro meliputi gizi kurang dan gizi lebih, sedangkan masalah gizi mikro hanya berbentuk gizi kurang (Rimbawan dan Baliwati, 2004).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, missal berat badan yang kurang, anemia defesiensi Fe, defesiensi vitamin C, dan daerah-daerah tertentu juga defesiensi iodium ( Sediaoetama, 1996).
Seorang anak dikatakan mempunyai gizi lebih jika mereka mempunyai berat badan relative lebih tinggi dibandingkan dengan standar anak yang sebaya. Istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang bergizi lebih ini biasanya obesitas atau overweight. Tetapi sebenarnya dua istilah ini berbeda. Obesitas untuk menggambarkan keadaan anak dengan berat badan menurut tinggi badan >120 % dari standar. Sedangkan overweight mempunyai batasan 110-120 % dari standar ( Khomsan, 2003 ).
2.     Status Gizi
a.       Pengertian Status Gizi
1)      Status gizi (nutrition status) merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, 2002).
2)      Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energy zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Almatsier, 2001).
3)      Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan dan keseimbangan antara masukan nutrient (Beck, 1993).
4)      Gizi merupakan salah satu factor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

b.      Penilaian Status Gizi
1)      Secara Langsung
Penelitian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a)      Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
                                         Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah :
(1)      Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran   masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
                  Kelebihan indeks BB/U adalah :
(a). Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat  umum.
                                                (b). Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
                                                (c). Berat badan dapat berfluktuasi
                                                (d). Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
                                                (e). Dapat mendeteksi kegemukan
                  Kelemahan indeks BB/U adalah :
         (a). Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang keliru bila  terdapat edema maupun asites.
         (b). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur  sering sulit untuk ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
                                                (c). Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun.
                                                    (d). Sering   terjadi   kesalahan   dalam   pengukuran ,   seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
  (e). Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah social budaya setempat
                  Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U
Indeks BB/U
Klasifikasi
    >2 SD
Lebih
-2 SD s/d +2 SD
Baik
< -2 SD s/d -3 SD
Kurang
< -3 SD
Buruk
                                                  Sumber : Khomsan, 2004

(2)      Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan  keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relative lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.
                  Keuntungan indeks TB/U adalah :
                                                (a). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
 (b). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah     dibawa.
                                                Kelemahan indeks TB/U adalah :
                                                (a). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
      (b). Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
                                                (c). Ketepatan umur sulit didapat.
                   Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U
Indeks TB/U
Klasifikasi
≥ -2 SD
Normal
< -2 SD
Pendek / stunded
                                                   Sumber : Khomsan, 2004

(3)      Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan di bawah ini :
                  Keuntungan indeks BB/TB adalah :
(a). Tidak memerlukan data umur
      (b). Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
                  Kelemahan indeks BB/TB adalah :
      (a). Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena factor umur tidak dipertimbangkan.
(b).  Dalam    praktek     sering     mengalami    kesulitan    dalam melakukan    pengukuran    panjang,   tinggi   badan     pada kelompok balita.
(c).  Membutuhkan dua macam alat ukur.
(d).  Pengukuran relative lebih lama.
(e).  Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
(f).   Sering    terjadi     kesalahan     dalam     pembacaan    hasil pengukuran,    terutama    bila   dilakukan   oleh   kelompok non-profesional.
                  Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB
Indeks BB/TB
Klasifikasi
        >2 SD
Gemuk
-2 SD s/d + 2 SD
Normal
< -2 SD s/d -3 SD
Kurus / wasted
<-3 SD
Sangat kurus
                                                   Sumber : Khomsan, 2004

(4)      Indeks Massa Tubuh Menurut Umur  (IMT/U)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas ) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh Karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.
IMT   =   BB (Kg)   :   TB² (m)
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) anak sekolah.
Rumus IMT adalah :
b)      Klinis
                                                            Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervisial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002).
c)      Biokimia
                                                            Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antar lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2002).
d)     Biofisik
                                                            Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa, 2002).
2)      Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a)      Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi (Supariasa,2002).
b)      Statistic Vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2002).
c)      Factor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa factor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa,2002).

3.     Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan (Purwadarninto, 1987).
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah :
a.       Factor internal
Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri siswa. Factor ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1)      Factor intelegensi
Dalam artian sempit, intelegensi merupakan kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berfikir perasaan .
2)      Factor minat
Minat merupakan kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam proses belajar.
3)      Factor keadaan fisik dan psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan (kekurangan gizi akan menghambat pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan), kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain-lain. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya (Purwadarninto, 1987).

b.      Faktor Eksternal
Factor eksernal merupakan factor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar.
Factor eksternal ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1)      Factor guru
             Guru sebagai tenaga pendidik memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, melatih, membimbing, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelajaran tekhnik, karena itu setiap guru memiliki wewenang dan kemampuan professional dan kemasyarakatan. Guru juga menunjukkan gaya memimpin kelas yang yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang menjadi lahan pembelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi belajar siswa-siswanya.
2)      Factor lingkungan keluarga
               Lingkungan keluarga juga mempengaruhi tingkat prestasi, bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai factor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Namun, lingkungan keluarga juga dapat membuat turunnya tingkat prestasi belajar apabila keluarga kurang mendukung situasi belajar. Sebagai contoh, seperti kericuhan-kericuhan dalam keluarga, kurangnya perhatian orang tua, dan lain-lain.
3)      Factor sumber-sumber belajar
                Tersedianya sumber belajar yang memadai merupakan salah satu factor yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar (Purwadarninto, 1987) .
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa maka dilakukan tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar digolongkan dalam penilaian berikut ini :
1)      Tes formatif
Tes formatif merupakan tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan pembelajaran.
Yang memiliki fungsi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap bahasan tersebut.
2)      Tes sub sumatif
Tes sub sumatif merupakan tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu, misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama catur wulan atau semester yang bersangkutan.
Tujuan dari tes ini selain untuk mengetahui gambaran daya serap materi yang telah diberikan, hasilnya akan digabungkan dengan nilai tes sumatif yang akan menjadi raport.
3)      Tes sumatif
Tes sumatif ini biasa diadakan tiap catur wulan sekali atau setiap semester. Fungsi dari tes ini sendiri adalah untuk menilai penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selama jangka waktu tertentu.
4.     Hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal.
Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan otak (Anwar, 2008).
Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak, antara lain :
a.       Kekurangan Energi Protein (KEP)
b.      Anemia
c.       Kurang Vitamin A (KVA)
d.      Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Yang sangat mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005 ).

B.     KERANGKA  TEORI

     Faktor Internal :
Ø  Intelegensi
Ø  Minat
Ø  Keadaan fisik dan Psikis
( Purwadinanta, 1987 )
        Prestasi Belajar  
                                                                                           
Faktor Eksternal :
Ø  Guru
Ø  Lingkungan Keluarga
Ø  Sumber-sumber belajar
( Purwadinanta, 1987 )




Tidak ada komentar:

Posting Komentar