SUNGAI RAYA, KOMPAS - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan meminta
dukungan banyak pihak untuk mencegah berulangnya pembantaian burung enggang,
burung endemik Kalimantan Barat. Paruh burung itu diselundupkan ke luar negeri.
”Kenapa di luar negeri paruh burung enggang itu laku sekali sehingga memicu
perburuan di Indonesia? Ini tak bisa dibiarkan dan harus ada keterlibatan
berbagai pihak,” kata Zulkifli, seusai peresmian program Muhammadiyah
Kalimantan Barat Menanam Pohon, di Kabupaten Kubu Raya, Selasa (29/1).
Sepanjang 2012, pembantaian burung enggang marak di Kalbar. Sebagian
habitat enggang ada di luar kawasan lindung sehingga pengawasan lemah.
Keterlibatan sejumlah pihak di luar Kementerian Kehutanan, lanjut Zulkifli,
penting agar persoalan itu bisa diselesaikan lintas sektor. ”Dukungan banyak
pihak sangat penting karena kami tak bisa sendirian,” ujarnya.
Gambar Paruh Engang
Anggota Kalimantan Birding Club, Firdaus, menjelaskan, perburuan burung
enggang terakhir kali diketahui akhir 2012. Ketika itu, tim Ekspedisi Uud Danum
menemukan perburuan 14 enggang di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang.
Menurut dia, paruh dan batok kepala burung enggang bernilai Rp 4 juta per
buah di luar negeri. ”Tiga tahun lalu harganya Rp 800.000 per buah. Semakin
sulit diperoleh, harganya makin mahal. Kami khawatir, tanpa upaya serius
pemerintah, burung enggang simbol Kalbar suatu saat tinggal nama,” kata
Firdaus.[2]
Keperdulian kita terhadap lingkungan semakin diperlukan segera dan mendesak
mengingat keselarasan alam telah kian memudar dengan adanya nafsu-nafsu jahat
dalam diri manusia. Kalau tidak melakukan keperdulian sekarang kapan lagi.
Rumah (hutan) burung tinggang sudah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit
skala besar, kemana mereka akan berdiam jika diluar mereka diburu, Save to :
Burung Tinnggang (Enggang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar