TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya
mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang
tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan
aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak
Belajar berjalan
Belajar mekan makanan padat
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah
Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang
tumbuh
Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari
Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
Belajar membebaskan ketergantungan diri
Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga
3. Masa Remaja
Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
Persiapan mandiri secara ekonomi
Pemilihan dan latihan jabatan
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berbahagia
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan
suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan
selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang
bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations
yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang
rentang kehidupan.
Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :
1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi
3. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang
berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4. Tuntutan norma agama
Adapun tugas – tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan (Robert J. Havighurst
(Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) ) sebagai berikut :
1. Tugas – tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak – kanak (0 – 6 tahun)
a. Belajar berjalan.
b. Belajar memakan makanan padat.
c. Belajar berbicara.
d. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g. Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang – orang disekitarnya.
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata
hati.
Menurut beberapa ahli psikologi lainnya tentang tugas perkembangan disetiap fase – fase
perkembangan 0 – 6 tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :
a. Fase pertama (0 – 1 tahun)
Belajar menghayati berbagai objek diluar diri sendiri, melatih fungsi – fungsi
motorik.
b. Fase kedua (2 – 4 tahun)
Belajar mengenal dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan
yang bersifat subjektif. Misalnya anak bercakap – cakap dengan bonekanya atau
berbincang – bincang dan bergurau dengan binatang kesayangannya.
c. Fase ketiga ( > 5 tahun)
Belajar bersosialisasi. Anak mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan dengan
teman sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut Soe’oed (dalam Ihromi, ed.,
1999 : 30) syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi
sosial. A. Gosin (Soe’oed, dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) : sosialisasi adalah
proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai – nilai dan norma – norma agar dia bisa berpartisipasi sebagai
anggota dalam masyarakatnya.
2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology :
a. Prenatal, yaitu masa konsepsi anak sampai umur 9 bulan dikandungan ibu.
b. Masa natal :
1.) Infancy atau neonatus (dari lahir sampi usia 14 hari), penyesuaian terhadap
lingkungan
2.) Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun), bayi tidak berdaya dan sangat
tergantung pada lingkungan dan kemudian (karena perkembangan) anak mulai
berusaha menjadi lebih independen.
3.) Masa anak ( > 2 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga dia merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan yang ada.
3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :
a. Masa bayi (0 – 1,5 tahun), anak belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik
baginya, dan ia belajar menjadi optimis mengenai kemungkinan – kemungkinan
mencapai kepuasan.
b. Masa Toddler (1,5 – 3 tahun)
Anak belajar menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk melaksanakan dua
ugas penting, yakni pemisahan diri dari ibu dan mulai menguasai diri, lingkungan,
dan keterampilan dasar untuk hidup.
c. Awal masa kanak – kanak ( > 4 tahun)
Anak belajar mencontoh orang tuanya, pusat perhatian anak berubah dari benda
ke orang.
2. Tugas – tugas perkembangan pada masa sekolah (6 – 12 tahun)
Menurut Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974;
Havighurst, 1976) tugas – tugas perkembangan masa ini adalah :
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan : bermain sepak
bola, loncat tali, berenang.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
f. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari.
g. Mengembangkan kata hati
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga –
lembaga.
Menurut ahli psikologi lain tentang tugas – tugas perkembangan fase anak 6 – 12 tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :
a. Fase ketiga (6 – 8 tahun)
Anak belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.
b. Fase keempat (9 – 12 tahun)
Anak belajar mencoba, bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh
dorongan – dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar
2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology :
a. Masa anak (6 – 11 tahun). Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Masa praremaja (11 – 12 tahun). Anak belajar memberontak yang ditunjukkan
dengan tingkah laku negatif.
3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :
a. Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya, ia mulai bisa
melakukan hal – hal kecil (berpakaian, makan) secara mandiri.
b. Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun)
Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi.
c. Awal masa remaja (12 tahun)
Anak belajar membuang masa kanak – kanaknya dan belajar memusatkan
perhatian pada diri sendiri.
3. Tugas – tugas perkembangan remaja (adolescence) dan dewasa
Masa ini merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976 ; Kaczman & Riva, 1996).
Remaja merupakan masa berkembangnya identity (identitas) (Erik Erickson (Adams &
Gullota, 1983 : 36 – 37; Conger, 1977 : 92 – 93)).
Identity adalah suatu pengorganisasian dorongan – dorongan (drives), kemampuan –
kemampuan (abilities), keyakinan – keyakinan (beliefs), dan pengalaman – pengalaman
individu kedalam citra diri (images of self) yang konsisten (Anita E. Woolfolk).
Lustin Pikunas (1976 : 257 – 259), masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat
untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar dapat diterima oleh teman sebaya,
orang dewasa, dan budaya.
Menurut beberapa ahli tugas – tugas perkembangan pada masa ini adalah :
1. William Kay
a. Menerima fisiknya sendiri beriku keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur – figur yang menjadi
otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model untuk dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar prinsip atau falsafah
hidup.
g. Mampu meninggalkan masa kanak – kanaknya.
2. Robert J. Havighurst (1961)
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mancapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).
g. Belajar merencanakan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual.
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam bertingkah laku.
k. Mengamalkan nilai – nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan dalam
kehidupan sehari – hari, baik pribadi maupun sosial.
3. Charlotte Buhler (1930)
Belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan
minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif
belaka.
4. Elizabeth B. Hurlock (1978)
Belajar menyesuaikan diri terhadap pola – pola hidup baru, belajar untuk memiliki
cita – cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia kematangannya mulai
belajar memantapkan identitas diri
5. Erik Erikson (1963)
Anak mulai memusatkan perhatian pada diri sendiri, mulai menentukan pemilihan
tujuan hidup, belajar berdikari, belajar bijaksana.
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya
mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang
tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan
aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak
Belajar berjalan
Belajar mekan makanan padat
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah
Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang
tumbuh
Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari
Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
Belajar membebaskan ketergantungan diri
Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga
3. Masa Remaja
Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
Persiapan mandiri secara ekonomi
Pemilihan dan latihan jabatan
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berbahagia
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan
suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan
selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang
bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations
yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang
rentang kehidupan.
Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :
1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi
3. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang
berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4. Tuntutan norma agama
Adapun tugas – tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan (Robert J. Havighurst
(Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) ) sebagai berikut :
1. Tugas – tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak – kanak (0 – 6 tahun)
a. Belajar berjalan.
b. Belajar memakan makanan padat.
c. Belajar berbicara.
d. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g. Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang – orang disekitarnya.
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata
hati.
Menurut beberapa ahli psikologi lainnya tentang tugas perkembangan disetiap fase – fase
perkembangan 0 – 6 tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :
a. Fase pertama (0 – 1 tahun)
Belajar menghayati berbagai objek diluar diri sendiri, melatih fungsi – fungsi
motorik.
b. Fase kedua (2 – 4 tahun)
Belajar mengenal dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan
yang bersifat subjektif. Misalnya anak bercakap – cakap dengan bonekanya atau
berbincang – bincang dan bergurau dengan binatang kesayangannya.
c. Fase ketiga ( > 5 tahun)
Belajar bersosialisasi. Anak mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan dengan
teman sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut Soe’oed (dalam Ihromi, ed.,
1999 : 30) syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi
sosial. A. Gosin (Soe’oed, dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) : sosialisasi adalah
proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai – nilai dan norma – norma agar dia bisa berpartisipasi sebagai
anggota dalam masyarakatnya.
2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology :
a. Prenatal, yaitu masa konsepsi anak sampai umur 9 bulan dikandungan ibu.
b. Masa natal :
1.) Infancy atau neonatus (dari lahir sampi usia 14 hari), penyesuaian terhadap
lingkungan
2.) Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun), bayi tidak berdaya dan sangat
tergantung pada lingkungan dan kemudian (karena perkembangan) anak mulai
berusaha menjadi lebih independen.
3.) Masa anak ( > 2 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga dia merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan yang ada.
3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :
a. Masa bayi (0 – 1,5 tahun), anak belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik
baginya, dan ia belajar menjadi optimis mengenai kemungkinan – kemungkinan
mencapai kepuasan.
b. Masa Toddler (1,5 – 3 tahun)
Anak belajar menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk melaksanakan dua
ugas penting, yakni pemisahan diri dari ibu dan mulai menguasai diri, lingkungan,
dan keterampilan dasar untuk hidup.
c. Awal masa kanak – kanak ( > 4 tahun)
Anak belajar mencontoh orang tuanya, pusat perhatian anak berubah dari benda
ke orang.
2. Tugas – tugas perkembangan pada masa sekolah (6 – 12 tahun)
Menurut Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974;
Havighurst, 1976) tugas – tugas perkembangan masa ini adalah :
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan : bermain sepak
bola, loncat tali, berenang.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
f. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari.
g. Mengembangkan kata hati
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga –
lembaga.
Menurut ahli psikologi lain tentang tugas – tugas perkembangan fase anak 6 – 12 tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :
a. Fase ketiga (6 – 8 tahun)
Anak belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.
b. Fase keempat (9 – 12 tahun)
Anak belajar mencoba, bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh
dorongan – dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar
2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology :
a. Masa anak (6 – 11 tahun). Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Masa praremaja (11 – 12 tahun). Anak belajar memberontak yang ditunjukkan
dengan tingkah laku negatif.
3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :
a. Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya, ia mulai bisa
melakukan hal – hal kecil (berpakaian, makan) secara mandiri.
b. Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun)
Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi.
c. Awal masa remaja (12 tahun)
Anak belajar membuang masa kanak – kanaknya dan belajar memusatkan
perhatian pada diri sendiri.
3. Tugas – tugas perkembangan remaja (adolescence) dan dewasa
Masa ini merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976 ; Kaczman & Riva, 1996).
Remaja merupakan masa berkembangnya identity (identitas) (Erik Erickson (Adams &
Gullota, 1983 : 36 – 37; Conger, 1977 : 92 – 93)).
Identity adalah suatu pengorganisasian dorongan – dorongan (drives), kemampuan –
kemampuan (abilities), keyakinan – keyakinan (beliefs), dan pengalaman – pengalaman
individu kedalam citra diri (images of self) yang konsisten (Anita E. Woolfolk).
Lustin Pikunas (1976 : 257 – 259), masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat
untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar dapat diterima oleh teman sebaya,
orang dewasa, dan budaya.
Menurut beberapa ahli tugas – tugas perkembangan pada masa ini adalah :
1. William Kay
a. Menerima fisiknya sendiri beriku keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur – figur yang menjadi
otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model untuk dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar prinsip atau falsafah
hidup.
g. Mampu meninggalkan masa kanak – kanaknya.
2. Robert J. Havighurst (1961)
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mancapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).
g. Belajar merencanakan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual.
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam bertingkah laku.
k. Mengamalkan nilai – nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan dalam
kehidupan sehari – hari, baik pribadi maupun sosial.
3. Charlotte Buhler (1930)
Belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan
minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif
belaka.
4. Elizabeth B. Hurlock (1978)
Belajar menyesuaikan diri terhadap pola – pola hidup baru, belajar untuk memiliki
cita – cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia kematangannya mulai
belajar memantapkan identitas diri
5. Erik Erikson (1963)
Anak mulai memusatkan perhatian pada diri sendiri, mulai menentukan pemilihan
tujuan hidup, belajar berdikari, belajar bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar