Permainan kecil bagi anak tampaknya sering kita lihat sehari-hari, bahkan pada waktu kecil kita pernah merasakan bagaimana suatu permainan dilakukan. Apabila kita amati, misalnya seorang anak mengajak temannya bermain “mari kita bermain perang-perangan” dari pernyataan tersebut kita akan mengerti bahwa anak tersebut mengajak untuk bermain suatu permainan yang memiliki batasan dan tempat tertentu.
Permainan merupakan alat untuk mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Carl Bucher mengemukakan bahwa “permainan telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang tua karena mampu menggerakkan mereka untuk berlatih, bergembira dan rileksasi”. Permainan merupakan salah satu komponen utama dalam setiap program pendidikan jasmani, oleh karena itu setiap guru pendidikan jasmani harus mengenal secara mendalam tentang seluk beluk permainan.
Salah satu pakar pendidikan yaitu Johan Huizinga, mengemukakan bahwa pada hakikatnya bermain memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut :
1. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan sukarela, namun kebebasan ini tak berlaku bagi anak-anak dan hewan karena mereka bermain dan harus bermain karena dorongan naluri. Untuk anak-anak, bermain sangat berguna untuk merangsang perkembangan pisik dan mentalnya, lain dengan orang dewasa, bermain merupakan kebutuhan sepanjang kesukaan untuk melakukannya merupakan kebutuhan.
2. Bermain bukanlah kehidupan biasa atau yang nyata, karena jika diamati secara seksama perilaku anak-anak selama bermain, mereka berbuat berpura-pura atau tidak sungguhan. Namun, sebaliknya dengan gejala yang tidak sungguhan tersebut, bermain menjadi kegiatan yang sungguh-sungguh dan dapat menyerap tenaga dan konsentrasi. Misalnya pada anak-anak, mereka main dokter-dokteran; menganggap boneka sebagai makhluk hidup dengan diajak bicara seolah-olah hidup, mobil-mobilan; menganggap kursi seperti mobil sungguhan seolah-olah itu mobil yang sesungguhnya. Di sinilah keunikan dari bermain, yaitu ada dua hal yang saling bertentangan, “Bermain sungguh-sungguh dalam ketidaksungguhan”.
3. Bermain berbeda dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu bermain selalu bermula dan berakhir serta dilakukan di tempat tertentu. Bermain memerlukan keteraturan, tanpa peraturan dunia permainan akan lumpuh. Unsur ketegangan merupakan bagian yang penting dari permainan. Meskipun bermain di luar dari penilaian baik dan buruk, namun unsur ketegangan itu sekaligus menguji ketangguhan pemain, keberanian, keuletan, kejujuran, walaupun semua pemain menginginkan kemenangan, akan tetapi dia harus berjuang dengan sepenuh hati dan harus terikat dengan peraturan permainan.
4. Bermain merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, tujuan tersebut terdapat pada permainan itu sendiri. Tujuan dari kegiatan itu tidak berkaitan dengan perolehan atau keuntungan material, ciri ini lah yang membedakan antara bermain dan bekerja. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela tanpa paksaan, dan tak sungguhan dalam batas waktu, tanpa ikatan peraturan. Menyertai semua ciri tersebut, bermain mendorong pertumbuhan dan perkembangan kelompok sosial karena dilakukan bukan hanya sendirian, tetapi juga dilakukan dalam suasana kelompok.
Roger Collois (1955) mengulas pandangan Huizinga tentang bermain. Berdasarkan hasil analisisnya Collois membagi permainan menjadi empat kategori utama, yaitu agon, alea, mimikri, dan ilinx.
1. Agon, jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Tujuan akhir dari permainan yang bersifat agon adalah mencapai kemenangan. Oleh karena itu, perjuangan pisik, teknik, dan taktik begitu menonjol, misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, dan lain-lain. Tampak sekali komponen-komponen tersebut dalam permainan sepak bola, bola basket, bulutangkis, dan sebagainya dan sejenisnya.
2. Alea, jenis permainan ini bersifat untung-untungan dan spekulatif. Jenis permainan ini seperti permainan dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Beberapa jenis permainan yang menggunakan kartu merupakan kombinasi antara jenis permainan agon dan alea, karena pelaku permainan selain masih menggunakan faktor keberuntungan, para pemain berusaha memasang dan menggunakan faktor keberuntungan. Seperti halnya dalam permainan catur, bridge, si pelaku permainan menggunakan alasan-alasan logis dan teori untuk memainkan permainan tersebut dalam rangka mencapai kemenangan.
3. Mimikri, jenis permainan yang mencakup ke dalam kelompok mimikri mencakup semua bentuk permainan yang mengandung ciri pokok, seperti yang dikemukakan Huizinga, yaitu kebebasan, batasan waktu, dan ruang. Tersirat di dalamnya merupakan ilusi, fantasi, imajinasi, dan interpretasi. Semua jenis permainan anak-anak cenderung merupakan permainan dengan kepura-puraan, seperti main perang-perangan, masak-masakan, dan memperlakukan suatu objek dengan fungsi yang lain, misalnya boneka dianggap seperti bayi, kursi meja dianggap mobil atau sebagainya.
4. Ilinx, jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak, berpetualang, dan dilakukan dalam wujud kegiatan yang dinamis, misalnya jenis permainan ini adalah ; mendaki gunung, menyusuri sungai, dan bentuk olahraga lain di alam terbuka. Jenis permainan anak-anak seperti ; bermainan ayunan anak-anak, memanjat pohon dan sebagainya.
Permainan dikatakan sebagai kegiatan bermain yang memiliki tujuan, tujuannya terdapat pada permainan itu sendiri. Sebagai contoh apabila siswa di sekolah melakukan permainan dengan dibimbing oleh guru maka tujuan dari permainan tersebut tentu saja sudah dirancang dan direncanakan oleh guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tujuan permainan yang direncanakan oleh guru di sekolah tersebut akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan permainan anak yang dilakukan di sekitar rumah bersama teman-temannya, walaupun jenis permainan dan bentuk permainannya serupa.
Beberapa tujuan yang hendak diperoleh dari kegiatan bermain dalam suatu permainan, baik yang dilakukan di lingkungan masyarakat, sekolah, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua, secara perseorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis permainan tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan pengalaman gerak pada anak sehingga semakin banyak jenis dan bentuk permainan yang dilakukan anak maka anak akan semakin kaya pengalaman geraknya.
2. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan anak.
3. Menyalurkan kelebihan tenaga pada anak.
4. Memanfaatkan waktu senggang.
5. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.
6. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak.
7. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
8. Menanamkan kerja sama, rasa sosial, dan saling tolong-menolong.
9. Mencapai prestasi dalam suatu pertandingan.
artikel yang informatif, wajib dibaca bagi para orang tua yang ingin mendidik anak dengan baik.
BalasHapuscara melakukan shooting bola basket