OTITIS MEDIA AKUT
Pertama-tama anda harus mengerti jalan ceritanya
bagaimana penyakit telinga dapat mengeluarkan cairan.
Definisi dan Anatomi Telinga
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi (inflamasi:
peradangan) di telinga tengah.
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan
dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat
pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran
Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan
tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
§ menjaga keseimbangan tekanan udara di
dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar.
§ mengalirkan sedikit lendir yang
dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung.
Bagaimana Otitis Media Terjadi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada
saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan
di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius
menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di
belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran
dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung
gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak
bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan
halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran
hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan
terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit
langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami
setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya
25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
Penyebab
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus
maupunbakteri.Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme
penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang-kadang menginfeksi
telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus
disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal
ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka
kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.
Mengapa Anak Lebih Mudah Terserang OMA
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding
orang dewasa karena beberapa hal.
§ sistem kekebalan tubuh
anak masih dalam perkembangan.
§ saluran Eustachius
pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih
mudah menyebar ke telinga tengah.
§ adenoid
(adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri
dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah
lewat saluran Eustachius.
Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan
cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda
berikut:
a. menggembungnya gendang telinga
b. terbatas/tidak adanya gerakan
gendang telinga
c. adanya bayangan cairan di
belakang gendang telinga
d. cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga
tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
a. kemerahan pada gendang telinga
b. nyeri telinga yang mengganggu
tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau
riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel.
Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik
untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat
untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat
dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan
otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang
telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang
berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis
OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan
timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis
tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara
lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan
intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak
memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat
berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi
yang dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal
berikut.
Gejala dan tanda
|
OMA
|
Otitis media dengan
efusi
|
Nyeri telinga, demam,
rewel
|
+
|
–
|
Efusi telinga tengah
|
+
|
+
|
Gendang telinga suram
|
+
|
+/-
|
Gendang yang
menggembung
|
+/-
|
–
|
Gerakan gendang
berkurang
|
+
|
+
|
Berkurangnya
pendengaran
|
+
|
+
|
Penanganan
Antibiotik
OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan
antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk
berkurangnya pendengaran. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus.
Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala,
antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA
yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai
berikut:
|
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri
telinga ringan dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat
adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat
dilakukan pada anak usia enam bulan–dua tahun dengan gejala ringan saat
pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat
memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap
diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang
sedikit berbeda untuk menerapkan observasi ini. Menurut BMJ, pilihan observasi
dapat dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan
pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.
§ Sumber seperti AAFP
(American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat
badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk
anak dengan risiko tinggi. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia
kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat
pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir.
§ WHO menganjurkan 15
mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.
§ AAP menganjurkan dosis
80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase
bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat.
Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa,
sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi
adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur
dan tes resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala
dalam 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam
kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,
kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai.
Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua.
Misalnya:
§ Pada pasien dengan gejala
berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella
catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.
Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala
tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.
§ Jika pasien alergi ringan
terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti cefdinir,
cefpodoxime, atau cefuroxime.
§ Pada alergi berat
terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau clarithromycin.
§ Pilihan lainnya adalah
erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim. Namun kedua
kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan amoxicillin.
Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak
memberikan hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.
Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan
pada OMA umumnya merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum
luas. Demikian juga azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan
spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki
risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga
keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri
yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini
hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik
lini kedua.
Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan
selama sepuluh hari pada anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan
gejala berat. Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7
hari. Di Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
Ulasan dari Cochrane menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara
pemberian antibiotik dalam jangka waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan
dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu pemberian antibiotik
selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam
waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.
Analgesia/pereda nyeri
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai
penghilang nyeri (analgesia). Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia
sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa
pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan
pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi
saluran cerna.
Lain-lain
§ Pemberian obat-obatan lain seperti
antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.
§ Pemberian kortikosteroid juga
tidak dianjurkan.
§ Myringotomy (myringotomy:
melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di
belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi
gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus
dikultur.
§ Pemberian antibiotik sebagai
profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.
Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko
OMA adalah:
§ pencegahan ISPA pada bayi dan
anak-anak,
§ pemberian ASI minimal selama 6
bulan,
§ penghindaran pemberian susu
di botol saat anak berbaring,
§ dan penghindaran pajanan
terhadap asap rokok.
Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko
OMA.
Komplikasi
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya
cairan secara kronik dari satu atau dua telinga. Jika gendang telinga telah
pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya
penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama
beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke
jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya
jarang terjadi. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan
OMA yangtidak diobati.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media
kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam
kemampuan bicara dan bahasa.
Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan
bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.
Rujukan
Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT
adalah;
§ Anak dengan episode OMA yang sering.
Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode dalam 6 bulan. Sumber lain
menyatakan “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4
kali dalam satu tahun.
§ Anak dengan efusi selama 3 bulan atau
lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya gendang telinga.
§ Anak dengan kemungkinan komplikasi
serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau mastoiditis (mastoiditis: peradangan
bagian tulang tengkorak, kurang lebih terletak pada tonjolan tulang di belakang
telinga).
§ Anak dengan kelainan kraniofasial
(kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down, sumbing, atau dengan
keterlambatan bicara.
§ OMA dengan gejala sedang-berat yang
tidak memberi respon terhadap 2 antibiotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar