Halaman

Cari Blog Ini

Rabu, 20 November 2019

Konsep Penyakit Gagal Jantung Kongestif

1.    Definisi
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, 2002).
               Gagal jantung kongestif bukanlah penyakit dengan diagnosis tunggal, melainkan sindrom yang muncul dari beberapa etiologi / penyebab. Gagal jantung didefinisikan sebagai sindrom klinis yang kompleks dari setiap gangguan struktural  atau fungsional dari pengisian ventrikel atau ejeksi darah. Gagal jantung dapat berkembang secara diam-diam dan awalnya tidak terdeteksi. Penyakit penyerta umumnya menyulitkan penilaian. Melebihi gejala penyebab penyumbatan pembuluh darah, gagal jantung juga mengancam kehidupan melalui disfungsi pompa dan kematian mendadak (Jaski, 2015).
               Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang berbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal serta keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan atau hanya dapat memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pegisian. Saat ini dikenal beberapa istilah gagal jantung, yaitu :
a.    Gagal jantung kiri : terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan.
b.    Gagal jantung kanan : ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis.
c.    Gagal jantung kongestif : adalah gabungan kedua gambaran tersebut. (Muttaqin, 2012).

2.    Klasifikasi Gagal Jantung
               Pada tahun 1928, New York Heart Association (NYHA) mengklasifikasikan tingkat keparahan gagal jantung berdasarkan beratnya gejala. Berikut ini adalah klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :

Tabel 1
Klasifikasi Gagal Jantung (The 4 Stage Of Heart Failure, 2015)
Kelas
Definisi
Istilah
I
Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas fisik
Disfungsi ventrikel kiri yang asimtomatik
II
Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit pembatasan aktivitas fisik
Gagal jantung ringan
III
Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik
Gagal jantung sedang
IV
Klien dengan gagal jantung yang segala bentuk aktivitas fisiknya akan menyebabkan keluhan
Gagal jantung berat

               Untuk mengatasi potensi fluktuasi dalam klasifikasi pasien NYHA,
pada tahun 2001
American Collegeof Cardiology Foundation dan
American Heart Association
(AHA) menerbitkan empat komponen dalam menentukan stadium gagal jantung dimana perkembangan terjadi hanya dalam satu arah meliputi faktor risiko (Tahap A). Tahap B didefinisikan sebagai perkembangan penyakit jantung struktural dalam pasien yang gejala tidak pernah nyata atau tidak ada tanda-tanda gagal jantung. Pasien dengan diagnosis gagal jantung pada masa lalu atau saat ini dianggap Tahap C. Sekitar 1% dari pasien dengan gagal jantung pada tahap C mungkin berkembang kestadium akhir penyakit jantung (Tahap D). Klasifikasi ini terakhir diperbarui pada tahun 2013.

3.    Etiologi
Menurut Padila (2012), ada beberapa etiologi dari gagal jantung kongestif (CHF), yaitu :
a.    Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
b.    Aterosklerosis Koroner
          Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
c.    Hipertensi Sistemik Atau Pulmonal
          Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung
d.   Peradangan Dan Penyakit Myocardium Degeneratif
          Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e.    Penyakit Jantung Lain
          Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load).
f.     Faktor Sistemik
Terdapat sebagian besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
5.    Tanda dan Gejala
Tanda dominan : meningkatnya volum intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongestif berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal jantung kiri :
Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi Klinis yang terjadi yaitu :
a.    Dispnea
b.    Batuk
c.    Mudah lelah
d.   Insomnia
e.    Kegelisahan atau kecemasan
Gagal jantung kanan :
a.    Kongestif jaringan visceral dan perifer
b.    Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasaya oedema pitting dan penambahan BB
c.    Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena hepar
d.   Anoreksia dan mual
e.    Nokturia
f.     Kelemahan (Padila, 2012)
Menurut Framingham seseorang dikatakan mengalami gagal jantung bila memiliki 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria minor, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2
Kriteria Gagal Jantung (The 4 Stage Of Heart Failure, 2015)
Kriteria mayor
Kriteriaminor
Paroxysmal nocturnal dyspnea atau orthopnea
edema kedua kaki (Bilateral ankle edema)
distensi vena leher
sesak (dyspnea of effort)
Hepatomegali
Radiographic cardiomegaly
edema paru akut

peningkatan JVP




6.    Pemeriksaan Diagnostik
a.         Ekokardiografi
Ekokardiografi bersifat tidak invasif, dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan dengan penyebabnya.
b.        Rontgen Dada
Foto sinar-X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali.
c.         Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti left bundle branch block(kelainan ST/T menunjukkan disfungsi ventrikel kiri kronis, gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST, menunjukkan penyakit janntung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi dan aritmia.

7.    Penatalaksanaan
Menurut Abraham (2011) secara teoritis ada beberapa tujuan dari pengobatan gagal jantung, yaitu :
a.    Untuk meningkatkan kontraktilitas miokard (inotropik
pengobatan) dan
relaksasi diastolik, untuk memastikan fungsi jantung oleh transplantasi atau alat bantu buatan
b.    Untuk mengoptimalkan preload dan after load
c.    Untuk mengatasi renovasi (dilatasi, hipertrofi, aneurisma, sphericization)
d.   Untuk mengatasi stimulasi simpatis berlebihan Kontraktilitas meningkat terutama pada gagal jantung akut dalam jangka pendek. Masih belum ada yang meyakinkan bukti bahwa obat benar-benar efektif untuk meningkatkan fungsi diastolik secara khusus. Berikut ini adalah strategi penatalaksanaan pada gagal jantung, yaitu :
Tabel 3
Penatalaksanaan Gagal Jantung (Cardiology Essentials In Clinical
Practice, 2011)
Strategi
Mekanisme
Perawatan
Gagal Jantung Akut
Gagal jantung kronis
Perubahan gaya hidup
Penurunan volume darah
Melakukan diet, latihan fisik dan pembatasan konsumsi garam dan cairan (pada gagal jantung berat
Ya
Ya
Penurunan kebutuhan metabolisme
Menurunkan berat badan apabila kelebihan berat badan
N/A
Ya
Mengoptimalkan penggunaan O2 dari jaringan
Latihan fisik
N/A
Ya
Suplemen bernutrisi
Co-enzim Q10
Tidak
Mungkin
Pengobatan
Penurunan Pre- dan Afterload
Vasodilators


ACEI, ARB
Tidak
Ya
Na nitropuside
Ya
Pada beberapa kondisi kegagalan/ syok
Nitrats
Ya
Ya
Pulmonary vasodilators
Tidak
Kerusakan ventrikel kanan
Penurunan preload
Diuretik
Ya
Ya
Furosemid
Ya
Ya
Metolazone
Tidak
Ya
Thiazides
Tidak
Ya
K-sparing diuretik
Tidak
Ya
Eplerenone
Tidak
Ya
Stimulasi kontraksi ventrikel kiri
Agen inotropik


Digitalis
Tidak
Ya
Agen IV adrenergik
Ya
Pada beberapa gagal jantung/ syok
Mencegah stimulasi saraf simpatik yang berlebih
β – Blockers
Tidak
Ya
Meningkatkan relaksasi ventrikel kiri
Calcium Blockers
Tidak
Mungkin
Mengganti kehilangan elektrolit
Supplemen
Ya
Ya
Penanganan komplikasi gagal jantung
AAD
Amiodarone
Pasien tertentu
Pasien tertentu
Antikoagulasi
Warfarin
Post-PCI
Jika AF atau LV trombus
Memastikandukunganpada
pasienterminal
Perawatan pasien terminal
Perawatan rumah sakit
Tidak
Ya

8.    Diet Gagal Jantung
a.    Prinsip Diet
Terapi gizi bagi pasien-pasien gagal jantung kongestif (dekompensasi jantung) harus berfokus pada keseimbangan status cairan dan elektrolit.
1)   Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi diuretik : pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak mengandung kalium seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.
2)   Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natriumperhari (konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan sehingga menambah berat gejalan edema yang biasa terjadi pada dekompensasi jantung). Diet rendah natrium merupakan kontraindikasi pada salt-depleting renal diseases seperti pielonefritis yang mengganggu fungsi tubulus ginjal dalam menyerap natrium.
3)   Penyesuaian pembatasan cairan dilakukan menurut :
a)    Respons pasien terhadap pengobatan
b)   Kepatuhan terhadap pembatasan natrium
c)    Intensitas/progresivitas penyakit
Pasien gagal jantung kongestif harus dianjurkan untuk membaca label pada kemasan makanan sehingga mengetahui adanya natrium yang tersembunyi dalam bentuk bahan-bahan aditif/ pengawet makanan. Obat-obatan juga dapat mengandung natrium dalam jumlah yang berarti (barbiturat, antibiotik, alkalizer lambung, dll) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang kandungan natrium dalam obat-obat yang digunakannya.
b.    Prinsip Nutrisi
1)   Makanlah secara teratur dan jangan melupakan jam makan Anda
2)   Tinggalkan makanan /minuman yang diiklankan secara berlebihan sebagai suplemen penguat; harus menghindari jenis-jenis makanan yang tidak bergizi (junk food) dan kepercayaan yang keliru akan khasiat/ kejelekansuatu makanan (food faddism); pilihlah makanan berdasarkan pedoman empat sehat lima sempurna.
3)   Pilihlah hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/ merah, roti bekatul, havermut dengan sayuran dan protein hewani/nabati (daging tidak berlemak/kacang-kacangan) serta buah.
Makan dalam jumlah cukup untuk mempertahankan berat badan hindari perubahan berat badan yang drastis ( Andry,2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar