1. Definisi
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure)
atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price,
2002).
Gagal
jantung
kongestif bukanlah
penyakit dengan diagnosis tunggal, melainkan sindrom yang muncul
dari beberapa etiologi / penyebab. Gagal
jantung
didefinisikan sebagai sindrom klinis yang kompleks dari
setiap
gangguan struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel atau ejeksi darah.
Gagal jantung dapat
berkembang
secara diam-diam dan awalnya tidak terdeteksi.
Penyakit penyerta umumnya menyulitkan penilaian. Melebihi gejala penyebab penyumbatan
pembuluh darah, gagal jantung juga mengancam kehidupan melalui disfungsi pompa dan kematian mendadak (Jaski, 2015).
Gagal
jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena
normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah
suatu penyakit yang berbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom
klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu respon hemodinamik,
renal, neural dan hormonal serta keadaan patologis dimana kelainan fungsi
jantung menyebabkan kegagalan
jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan atau hanya dapat
memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pegisian. Saat ini dikenal beberapa
istilah gagal jantung, yaitu :
a. Gagal
jantung kiri : terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer
dengan penurunan perfusi jaringan.
b. Gagal
jantung kanan : ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan
tekanan vena jugularis.
c. Gagal
jantung kongestif : adalah gabungan kedua gambaran tersebut. (Muttaqin, 2012).
2. Klasifikasi
Gagal Jantung
Pada
tahun 1928, New York Heart Association (NYHA)
mengklasifikasikan tingkat
keparahan gagal
jantung
berdasarkan beratnya gejala. Berikut
ini adalah klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :
Tabel
1
Klasifikasi
Gagal Jantung (The 4 Stage Of Heart Failure, 2015)
Kelas
|
Definisi
|
Istilah
|
I
|
Klien
dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas fisik
|
Disfungsi
ventrikel kiri yang asimtomatik
|
II
|
Klien
dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit pembatasan aktivitas fisik
|
Gagal
jantung ringan
|
III
|
Klien
dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik
|
Gagal
jantung sedang
|
IV
|
Klien
dengan gagal jantung yang segala bentuk aktivitas fisiknya akan menyebabkan
keluhan
|
Gagal
jantung berat
|
Untuk
mengatasi
potensi fluktuasi dalam
klasifikasi
pasien NYHA,
pada tahun 2001 American Collegeof Cardiology Foundation dan
American Heart Association (AHA) menerbitkan empat komponen dalam menentukan stadium gagal jantung dimana perkembangan terjadi hanya dalam satu arah meliputi faktor risiko (Tahap A). Tahap B didefinisikan sebagai perkembangan penyakit jantung struktural dalam pasien yang gejala tidak pernah nyata atau tidak ada tanda-tanda gagal jantung. Pasien dengan diagnosis gagal jantung pada masa lalu atau saat ini dianggap Tahap C. Sekitar 1% dari pasien dengan gagal jantung pada tahap C mungkin berkembang kestadium akhir penyakit jantung (Tahap D). Klasifikasi ini terakhir diperbarui pada tahun 2013.
pada tahun 2001 American Collegeof Cardiology Foundation dan
American Heart Association (AHA) menerbitkan empat komponen dalam menentukan stadium gagal jantung dimana perkembangan terjadi hanya dalam satu arah meliputi faktor risiko (Tahap A). Tahap B didefinisikan sebagai perkembangan penyakit jantung struktural dalam pasien yang gejala tidak pernah nyata atau tidak ada tanda-tanda gagal jantung. Pasien dengan diagnosis gagal jantung pada masa lalu atau saat ini dianggap Tahap C. Sekitar 1% dari pasien dengan gagal jantung pada tahap C mungkin berkembang kestadium akhir penyakit jantung (Tahap D). Klasifikasi ini terakhir diperbarui pada tahun 2013.
3. Etiologi
Menurut Padila (2012), ada beberapa etiologi dari
gagal jantung kongestif (CHF), yaitu :
a. Kelainan
Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan
otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis
Koroner
Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark Miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi
Sistemik Atau Pulmonal
Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung
d. Peradangan
Dan Penyakit Myocardium Degeneratif
Peradangan
dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
e. Penyakit
Jantung Lain
Penyakit
jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load).
f. Faktor
Sistemik
Terdapat sebagian besar faktor yang
berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
5. Tanda
dan Gejala
Tanda dominan : meningkatnya volum intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri
dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongestif
berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal jantung kiri :
Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kiri
karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Manifestasi Klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnea
b. Batuk
c. Mudah
lelah
d. Insomnia
e. Kegelisahan
atau kecemasan
Gagal jantung kanan :
a. Kongestif
jaringan visceral dan perifer
b. Oedema
ekstremitas bawah (oedema dependen), biasaya oedema pitting dan penambahan BB
c. Hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
hepar
d. Anoreksia
dan mual
e. Nokturia
f. Kelemahan
(Padila, 2012)
Menurut
Framingham seseorang dikatakan mengalami gagal jantung bila memiliki 2 kriteria
mayor, atau 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria minor, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2
Kriteria Gagal Jantung (The 4 Stage Of Heart Failure, 2015)
Kriteria mayor
|
Kriteriaminor
|
Paroxysmal
nocturnal dyspnea atau orthopnea
|
edema kedua kaki (Bilateral
ankle edema)
|
distensi vena leher
|
sesak (dyspnea of effort)
|
Hepatomegali
|
|
Radiographic cardiomegaly
|
|
edema paru akut
|
|
|
|
peningkatan JVP
|
|
|
6. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Ekokardiografi
Ekokardiografi bersifat tidak invasif, dan segera
dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan
dengan penyebabnya.
b.
Rontgen Dada
Foto sinar-X dada posterior dan anterior dapat
menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali.
c.
Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal
jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti left bundle branch block(kelainan ST/T menunjukkan disfungsi
ventrikel kiri kronis, gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan
segmen ST, menunjukkan penyakit janntung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri dan
gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi
dan aritmia.
7. Penatalaksanaan
Menurut Abraham (2011) secara teoritis ada beberapa
tujuan dari pengobatan gagal jantung, yaitu :
a.
Untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard (inotropik
pengobatan) dan relaksasi diastolik, untuk memastikan fungsi jantung oleh transplantasi atau alat bantu buatan
pengobatan) dan relaksasi diastolik, untuk memastikan fungsi jantung oleh transplantasi atau alat bantu buatan
b. Untuk mengoptimalkan preload dan after load
c. Untuk mengatasi renovasi (dilatasi,
hipertrofi, aneurisma, sphericization)
d. Untuk mengatasi stimulasi simpatis berlebihan Kontraktilitas meningkat terutama pada
gagal jantung
akut dalam jangka pendek. Masih
belum ada
yang meyakinkan bukti bahwa obat benar-benar efektif untuk
meningkatkan
fungsi diastolik secara khusus.
Berikut ini adalah strategi penatalaksanaan pada gagal jantung,
yaitu :
Tabel 3
Penatalaksanaan Gagal Jantung (Cardiology
Essentials In Clinical
Practice, 2011)
Strategi
|
Mekanisme
|
Perawatan
|
Gagal Jantung Akut
|
Gagal jantung kronis
|
Perubahan gaya hidup
|
Penurunan
volume darah
|
Melakukan
diet, latihan fisik dan pembatasan konsumsi garam dan cairan (pada gagal
jantung berat
|
Ya
|
Ya
|
Penurunan
kebutuhan metabolisme
|
Menurunkan
berat badan apabila kelebihan berat badan
|
N/A
|
Ya
|
|
Mengoptimalkan
penggunaan O2 dari jaringan
|
Latihan
fisik
|
N/A
|
Ya
|
|
Suplemen
bernutrisi
|
Co-enzim
Q10
|
Tidak
|
Mungkin
|
|
Pengobatan
|
Penurunan Pre- dan Afterload
|
Vasodilators
|
|
|
ACEI,
ARB
|
Tidak
|
Ya
|
||
Na
nitropuside
|
Ya
|
Pada
beberapa kondisi kegagalan/ syok
|
||
Nitrats
|
Ya
|
Ya
|
||
Pulmonary
vasodilators
|
Tidak
|
Kerusakan
ventrikel kanan
|
||
Penurunan
preload
|
Diuretik
|
Ya
|
Ya
|
|
Furosemid
|
Ya
|
Ya
|
||
Metolazone
|
Tidak
|
Ya
|
||
Thiazides
|
Tidak
|
Ya
|
||
K-sparing
diuretik
|
Tidak
|
Ya
|
||
Eplerenone
|
Tidak
|
Ya
|
||
Stimulasi kontraksi ventrikel
kiri
|
Agen
inotropik
|
|
|
|
Digitalis
|
Tidak
|
Ya
|
||
Agen IV adrenergik
|
Ya
|
Pada
beberapa gagal jantung/ syok
|
||
Mencegah
stimulasi saraf simpatik yang berlebih
|
β
– Blockers
|
Tidak
|
Ya
|
|
Meningkatkan
relaksasi ventrikel kiri
|
Calcium
Blockers
|
Tidak
|
Mungkin
|
|
Mengganti
kehilangan elektrolit
|
Supplemen
|
Ya
|
Ya
|
|
Penanganan
komplikasi gagal jantung
|
||||
AAD
|
Amiodarone
|
Pasien
tertentu
|
Pasien
tertentu
|
|
Antikoagulasi
|
Warfarin
|
Post-PCI
|
Jika AF
atau LV trombus
|
|
Memastikandukunganpada
pasienterminal |
Perawatan
pasien terminal
|
Perawatan
rumah sakit
|
Tidak
|
Ya
|
8. Diet
Gagal Jantung
a. Prinsip
Diet
Terapi gizi bagi pasien-pasien gagal
jantung kongestif (dekompensasi jantung) harus berfokus pada keseimbangan
status cairan dan elektrolit.
1) Pemantauan
status kalium jika pasien mendapatkan terapi diuretik : pada hipokalemia,
kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak mengandung kalium
seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.
2) Pembatasan
asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natriumperhari (konsumsi garam yang berlebihan
dapat menyebabkan retensi cairan sehingga menambah berat gejalan edema yang
biasa terjadi pada dekompensasi jantung). Diet rendah natrium merupakan
kontraindikasi pada salt-depleting renal diseases seperti pielonefritis yang
mengganggu fungsi tubulus ginjal dalam menyerap natrium.
3) Penyesuaian
pembatasan cairan dilakukan menurut :
a) Respons
pasien terhadap pengobatan
b) Kepatuhan
terhadap pembatasan natrium
c) Intensitas/progresivitas
penyakit
Pasien gagal jantung kongestif harus
dianjurkan untuk membaca label pada kemasan makanan sehingga mengetahui adanya
natrium yang tersembunyi dalam bentuk bahan-bahan aditif/ pengawet makanan.
Obat-obatan juga dapat mengandung natrium dalam jumlah yang berarti
(barbiturat, antibiotik, alkalizer lambung, dll) dan dengan demikian pasien
harus berkonsultasi dengan dokter tentang kandungan natrium dalam obat-obat
yang digunakannya.
b. Prinsip
Nutrisi
1) Makanlah
secara teratur dan jangan melupakan jam makan Anda
2) Tinggalkan
makanan /minuman yang diiklankan secara berlebihan sebagai suplemen penguat;
harus menghindari jenis-jenis makanan yang tidak bergizi (junk food) dan
kepercayaan yang keliru akan khasiat/ kejelekansuatu makanan (food faddism);
pilihlah makanan berdasarkan pedoman empat sehat lima sempurna.
3) Pilihlah
hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/ merah, roti bekatul, havermut
dengan sayuran dan protein hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan) serta buah.
Makan
dalam jumlah cukup untuk mempertahankan berat badan hindari perubahan berat
badan yang drastis ( Andry,2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar