TERSTRUKTUR AL-ISLAM
MUHAMMADIYAH SEBAGAI
GERAKAN PENDIDIKAN
BAB I
PEMBAHASAN
⦁ Latar belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa indonesia sangat di pengaruhi oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupann bangsa indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat diabaikan dalam penyelengaraan pendidikan nasional. Umat beragama berserta lembaga-lembaga keagamaan di indonesia merupaka potensi dasar dan sebagai modal besar dalam pembangunan mental spritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak pendidikan yang harus di penuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memumculkan kehidupan sosial yang bermooral. Pendidikan jangan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidika islam dengan pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan ekstensi bangsa indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.
⦁ Rumusan Masalah
⦁ Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan ?
⦁ Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
⦁ Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
⦁ Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
⦁ Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
⦁ Tujuan Penulisan Makalah
⦁ Untuk Memahami Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidik
⦁ Untuk memahami Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah.
⦁ Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.
⦁ Untuk memahami Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
⦁ Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
⦁ Faktor yang melatar belakangi gerakan muhammadiyah di bidang pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan islam yang melopori pendidikan islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya muhammadiyah menurut mukti ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan belanda, sehingga melopori pembaharuan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan islam. Saat kolonial belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan islam telah tersebar luas dalam wujud “pondok pesantrean”, dimana islam diajarkan di musholla dan masjid. Sistem yang digunakan seperti sorongan, bandongan dan wetonan. Sorogan adalah pendidikan climana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santrihanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang siajarkan sebatas hadits dan mustholah hadist, fiqih dan usul fiqih, ilmu tauhid, ilmu tasawuf, ilmu mantiq, ilmu bahasa arab ini berlangsung hingga awal abad ke-20 dalam sekolah belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran islam. Melihat kenyataan ini K.H.Ahmad Dahla berserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita san segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membantu manusia muslim yang beraqulkarimah, alim, luas pandang dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama islam. Sedankan dari segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern.
Kini pendidikan muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Pendidikan muhammadiyah merupakan bagian yang terintergrasi dengan gerakan muhammadiyah telah berusia sepanjang umur muhammadiyah.
⦁ Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan yang digagas kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang uslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintergrasikankedua sistem pendidikan tersebut, kyai dahlan melakukan dua tindakan sekaligus memberi pelajar agama di sekolah-sekolah belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri diana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan islam lain. Namun idek kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan intergralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang diwaktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan. Dalam rangka mengajar kelangsungan sekolah yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K.dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan muhammadiyah tahun 1992. Metro pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontestual melal proses penyandraan. Contoh klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma’i kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu baru di ganti surat berikutnya. Ada semagat yang dikembangkan oleh pendidikan muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekkan KH.Ahmad Dahlan.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama itelek profesional, gagasan abdul mukti ali menarik disimak. Menurutnya sistem pendidikan dan pengajaran agama islam di indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena mengikuti sistem madrasah sekolah, jelasnya madrasah sekolah adalah pondok pesantrean adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama islam yang terbaik. Dalam semagat yang sama belakangan ini sekolah-sekoah islam telah berpancu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan yang baru adalah full day school, sekolah sampai sore hari tidak terkecuali dilingkungan muhammadiyah. Satu dekade terahir vrus sekolah unggul benar-benar menjangkit seluruh warga muhammadiyah. Lembaga pendidikan muhammadiyah mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi berpacu dan berlomba-lomba.
Apabila muhammadiyah benar mau membangun sekolah universitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimana landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga pendidikan muhammadiyah di hadapan pendidikan nasional, dan kedudukanya yang strategis sebagai wahana dakwah islamiyah orientasi filosofini jelas sangat membingungkan apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang sejauh ini kebujakan nya belum menemukan pada garis yang jelas karena setiap ganti menteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada keberani memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang nggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan.
Pandangan kedepan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yamg dianut dan diyakini oleh muhammadiyah adalah berdasarkan agama islam, maka sebagian konsekoensinya logika, muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya sebagai gerakan dakwah islam amar ma’ruf nahi mungkar, muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidkan. Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/ismuba disemua lembaga pendidikan (formal) milik muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kedepannya. Usaha muhammadiyah mendirikan dan menyelengarakan sistem pendidikan moderen.
⦁ Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
⦁ Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
⦁ Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
⦁ Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas STPoliteknikAkademi
⦁ Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut: Memiliki jiwa Tauhid yang murni
⦁ Beribadah hanya kepada Allah
⦁ Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
⦁ Memiliki akhlaq yang mulia
⦁ Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
⦁ Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
⦁ Bentuk dan Model pendidikan muhammadiyah
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar -rahman/55:33). Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
⦁ Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
⦁ Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
⦁ Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan dilembaga pendidikan Muhammadiyah
⦁ Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan Muhammadiyahyang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang upacara kematian talqin, upacara perkawinan, kahamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara termonologi agama tidak dikenal dalam islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan,namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Padamulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan:“ Dadiji kjai singkemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada diIndonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan adalahuntuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia berjuang untukkemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain
⦁ Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah padatempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab ituuntuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
⦁ Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapatdicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat danistiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci
⦁ Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia
⦁ Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanyaakan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt. PribadiK.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yangtersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaranIslam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengansuasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali dilingkungan Muhammadiyah.
⦁ Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah-madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikanBelanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasandan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat ituke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Darisini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H.Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:
⦁ Baik budi, alim dalam agama
⦁ Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
⦁ Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
⦁ Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda
Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system pendidikan baru yangdiberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi sekolah keagamaan tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misidan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di tempat-tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentukgerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.
⦁ Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
⦁ Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
⦁ Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikanyang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan,sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurangmemberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umatdan bangsa.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalahsekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaingdengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang meratadan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dankeberadaan amal usaha Muhammadiyah.
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwaglobalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
⦁ Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi gurutidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagikeberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulisyang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”.Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikanguru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi.Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
⦁ Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yanglainnya.
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkultrasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islamuntuk memfilter budaya-budaya negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat (arifin, 1994:42).
⦁ permasalahan strategi pembelajaran
menurut suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memperdayakan para eserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pemmbelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto mengambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pembelajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini dapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah mmodel baru, namun kenyataannya menunjukan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya profesionalisme guru
⦁ masalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat pasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semakin beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melehkan daya mental-spritual/jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilanya. Pengaruh negatif dari teknologi eletronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemahkan kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti komputer, foto copy dan sebagainya (arifin, 19991, hal 9)
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan juga negatif. Misalnya pada pembelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mecari terjemahan kata-kata dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya menfotocopy lewat internet. Nah dari sini lah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisismoral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yangmenyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dantidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahanyang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi,komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapatdengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selainitu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkankemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui pendidikan, dalam halini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak burukdari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengeloladan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi menjadi minimalisir.
Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan sepertiyang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih danPengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukanupaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi :
⦁ Dari orientasi status ke orientasi kompetensi
⦁ Dari orientasi Input ke output
⦁ Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
⦁ Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
⦁ Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
⦁ Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
⦁ Dari orientasi fisik ke orientasi nilai
Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi.Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Allah Swt.Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didikdengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etoskeikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modalsosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi kekuatan pencerahan dinegeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua tuntutannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah, memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usahalain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyahdalam memasuki fase itu.
⦁ Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi keilmuan telah melahirkan system Islam yang mandul dan tidak berdaya. Pendidikan Muhammadiyah selalu merespon perkembangan zaman. Kesadaran akan keringnya Islamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan menjadi sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang pendidikan menuntut pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam arti mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohamad. Ali (2010: XIX) menjelaskan, jika pada tahun 1990an madrasah mengalami modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami gejala spiritualisasi. Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualisasi sekolah bersifat bottom-up. Spiritualisasi sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yang menerapkan system pembaharuan dalam pendidikan
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut,sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdayasaing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek pentinglain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-masing pendidikdi Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut. Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisikekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan
BAB III
PENUTUP
⦁ Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupunkualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikanyang dimiliki oleh Muhammadiyah. Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi secara positif, walaupun demikian,menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalamuntuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.
Jakarta: BumiAksara.1990.
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:Mutiara Offset
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PPMuhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar