Perubahan structural
a. Lansia sering mengalami bentuk tubuh fleksi dan memperlihatkan kekakuan
otot,tremor dan lambt dalam brgerak. Perubahan struktur yang terjadi diantarnya
adalah penurunan jumlah otak dan sinaps. Hilangnya neuron terjadi pada lapisan
tertentu dan bagian otak ,tetapi tidak selalu menyeluruh mengenai ssp.
Hilangnya memori,terutama kejadian baru dan reaksi berulang yang lambat dapat
mengganggu individu lansia dan mereka juga mengalami kesulitan memilih beberapa
respon padam satu situasikecuali diberi waktu yang cukup untuk mencapai
keputusan.
b. Struktur dan fungsi system syaraf berubah dengan bertambahnya usia yang
tidak bias diganti. Terjadi penurunan sintesis dan metabolisme neurotransmitter
utama. Impuls saraf dihantarkan lebih lambat sehingga lansia memerlukan waktu
yang lebih lama untuk merespon dan bereaksi. Kinirja sistem saraf autonm
berkurang efisiensinya dan hipotensi postural yang menyebabkan seseorang merasa
pusing. Tekanan darah sistolik meningkat disebabkan karena kelenturan dandang
pembuluh darah yang berkurang seirang dengan bertambahnya usia.
c. Selain
itu perubahan structural meliputi dilatasi ventrikel,atrofi otak dan
meningkatnya variailitas ukuran otak:
– Penurunan berat otak 10-20 %
– Reduksi dari jumlah fungsi neuron
– Peningkatan jumlah flak senile dan penyusutan neurofibril
– Akumulasi
dari limfofusin
2. Perubahan
synaptic
a. Perubahan
synaptic meliputi kehilagan dendrite dan dendritik pada beberapa sel dan
peningkatan jumlah dendrite didalam sel lainnya. Perubahan ini dapat
mempengaruhi dalam pembebasan neurotransmitter kimia sehingga mempengaruhi
dalam pembentukan dopamine dan menyebabkan perubahan transmisi antara sel syaraf
dan otot berkurang.
b. Perubahan
yang terjadi pada system saraf autonom berpengaruh terhadap kontraksi otot-otot
yang tidak dibawah control kesadaran. Saraf simpatis yang bagiannya terdiri
dari norepinefrin dan asetilkoli dipercaya sebagai pemicu dalam penekanan alam
perasaan dan mempengaruhimdalam kekaauan pergerakan seperti pada penyakit
Parkinson.
PENGARUH
TERHADAP LANSIA:
a. Fisik
:
Lansia akan mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi
kekakuan otot
Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan
sehingga cenderung mudah jatuh kedepan atau kebelakang
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk
membentuk ekspresi tidak bergerak
b. Fungsi
tubuh;
Kekakuan dan
imobilitas bias menyebabkan sakit otot dan kelelahan
Lansia sering
ersedak karena kekakuan pada otot wajahbdan tenggorokan menyebabkan kesulitan
menelan
Hilannnya
pengendalian terhada kandung kemih
Penglihatan ganda
Terjadi edema atau
pembengkakan otak
c. Persepsi-sensori
Hilangnya sebagian
penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda
Hilangnya rasa atau
adanya ensasi abnormal pada salah satu sisi wajah
d. Psikososial
Stress emosional
atau kelelahan
Depresi atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi
e. Bahasa
dan bicara
Sulit memikirkan
atau mengucpkan kata-kata yang tepat
Lansia berbicara sangat
pelan tanpa aksen dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam
mengartikulasikan pikirannya.
f. Memori
Masalah
umum pada lansia meliouti meluoakan nama benda dan lemah dalam percakapan atau
peristiwa baru. Memotri jangka pendek mungkin
menurun seirang dengan usia tetapi daya ingat jangka panjang sering
dipertahankan. Kerusakan memori seperti gejala pelupa mungkin
disebabkan sindrom amnesia.
g. Kognitif
Penurunan kognitif sangat rendah dalam proses penuaan yang normal.
Ketrampilan kognitif dapat dikategorikan sebagai ketrampilan intelektual dan
dasar ketrampilan psikomotor.
F. MASALAH-MASALAH PADA LANSIA
1. EPILEPSI
Adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami
kejan berulang.
Gejala
:
– Kejang
parsial simplex dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan
muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut.
– Penderita
mengalami sensasi. Gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergatung kepada
daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan
gerakan otot lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan : jika terjadi
pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau
yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan.
– Pada
penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa
pernah mengalami keadaan sekarang di masa lalu).
Penyebab
:
– Tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abmormal.
Pencegahan
– Jika
penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal,
maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut
sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan.
– Jika
penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka
diperlukan obat anti kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kejang.
Obat |
Jenis Epilepsi |
Efek samping yang mungkin
terjadi |
- Karbamazepin - Etoksimid - Gabofentin - Lamotrigin - Fenobarbital - Fenitoin - Primidon - Valproat |
- Generalisata
pansial - Petit mal - Parsial - Generalisata,
parsial - Generalisata,
parsial - Generalisata,
parsial - Generalisata,
parsial - Kejang
infantile, petit mal |
- Jumlah
sel darah putih dan sel darah berkurang. - Jumlah
sel darah putih dan darah merah berkurang. - Terang - Ruam
kulit - Terang - Pembengkakan
gusi - Terang - Penambahan
berat badan, rambut rontok. |
2. TREMOR
Adalah suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang
terjadi otot berkontraksi dan bereleksasi secara berulang-ulang.
Penyebab:
– Tremor terjadi karena adanya gangguan pada persarafan yang menuju ke otot
yang terkena.
Gejala:
Tremor bisa timbul sekali-sekali, untuk sementara waktu atau hilang timbul:
dengan kecepatan sekitar 6-10 tremor / detik. Tremor bisa terjadi pada otot
kepala, tangan, lengan, kelopak mata dan otot lainnya; tetapi jarang mengenai
bagian bawah tubuh. Bisa juga terjadi
pada salahsatumaupunkeduasisitubuh.
Pengobatan:
Jika sifatnya ringan dan tidak menganggu sehari-hari, biasanya tidak
diperlukan pengobatan.
Obat-obat yang bisa mengurangi tremor adalah propanolol, misolin, dan anti
kejang lainnya, seperti obat penenang yang ringan.
3. DELIRIUM
Adalah
keadaan yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana
penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan
menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berpikir secara
jernih.
Penyebab
:
– Alkohol,
obat-obatan dan bahan beracun.
– Efek
toksik dari pengobatan
– Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau
magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit
tertentu.
– Infeksi
akut disertai demam.
– Hidrosefalus
bertekanan normal: yaitu suatu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak
diserap sebagaimana mestinya.
– Hematoma
subdural
– Meningtis,
ensefalitis, sifilis
– Kekurangan
vitamin B 12
– Hipotiroidisme
– Tumor
otak
– Stroke
Gejala:
Penderita tidak mampu memusatkan perhatian, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat mengingat peristiwa yang baru saja terjadi. Mengalami disorientasi
waktu, dan bingung dengan tempat dimana ia berada. Pikiran kacau, mengigau dan
terjadi inkoherensia.
Pengobatan:
Pengobatan
tergantung pada penyebabnya:
– Infeksi
diatasi dengan antibiotic
– Demam
diatasi dengan obat penurun panas.
– Kelainan
kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan kadar cairan dan
garam dalam darah.
Untuk meringankan agitasi diberikan obat-obat benzodiazepine (misalnya
diazepam, triazolam, dan temazepam). Obat anti-psikosa (misalnya haloperidol,
trioridazin danklorpromazin) biasanya diberikan hanya kepada penderita yang
mengalami paranoid atau sangat ketakutan atau penderita yang tidak dapat
ditenangkan denagn benzodiazepine. Jika penyebabnya adalah alcohol, diberikan
benzodiazepine sampai masa agitasi penderita hilang.
4. DIMENSIA
Adalah
penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembanmg secara perlahan, dimana
terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Penyebab:
– Penyakit
Alzheiner
– Serangan
stroke yang berturut-turut
– Penyakit
Parkinson
– AIDS
Gejala
:
– Terjadi
penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu untuk mengenali orang,
tempat dan benda.
– Penderita
memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam
pemikiran abstrak.
– Sering
terjadi perubahan kepribadian.
– Dimensia
karena penyakit Alzheimer, gejala awalnya: lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi, depresi, ketakutan, kekecewaan, penurunan emosi.
Pengobatan:
– Obat
takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheirmer
– Jika
hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti – depresi.
– Obat
anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoia.
5. DISTONIA
Adalah kelainan gerakan dimana konstraksi otot yang terus-menerus menyebabkan
gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.
Penyebab:
Adanya kelainan di beberapa daerah di otak (ganglia basalis, thalamus,
korteks serebri).
Diduga terdapat kerusakan pada kemampuan tubuh untuk mengolah sekumpulan
bahan kimia yang disebut neurotransmitter, yang membantu sel-sel di dalam otak
untuk berkomunikasi satu sama lain.
Gejala distonik bisa disebabkan oleh :
– Cedera
ketika lahir (terutama karena kekurangan oksigen)
– Infeksi
tertentu
– Reaksi
terhadap obat tertentu, logam berat atau keracunan monoksida.
– Trauma
– Stroke
Gejala:
– Gejala
awal adalah kemunduran dalam menulis, keram kaki, dan kecenderungan tertariknya
satu kaki ke atas atau kecenderungan menyeret kaki setelah berjalan atau
berlari pada jarak tertentu.
– Leher
berputar atau tertarik di luar kesadaran penderita, terutama ketika penderita
merasa lelah.
– Tremor
dan kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara.
Klasifikasi
Distonia:
– Distonia
Generalisata, mengenai sebagian besar atau seluruh tubuh.
– Distonia
fokal, terbatas pada bagian tubuh tertentu.
– Distonia
Multifokal, mengenai 2 atau lebih bagian tubuh yang tidak berhubungan.
– Distonia
Segmental, mengenai 2 atau lebih bagian tubuh yang berdekatan.
– Hemidistonia,
melibatkan lengan dan tungkai pada sisi tubuh yang sama, seringkali merupakan
akibat dari stroke.
Pengobatan:
– Obat
yang diberikan merupakan sekumpulan obat yang mengurangi kadar neurotransmitter
asetilkolin, yaitu triheksifenidil, beenztropin, dan prosiklin HCL.
– Obat
yang mengatur neurotransmitter GABA bisa digunakan bersama dengan obat di atas
atau diberikan tersendiri, yaitu: diazepam, lorazepam, klorazepam dan baklofen.
– Dopamine
– Untuk
mengendalikan epilepsy diberikan obat anti kejang
karbamazepin.
Racun
Botulinum
– Sejumlah
kecil racun ini bisa disuntikkan ke dalam otot yang terkena untuk mengurangi
distonia fokal.
6. ALZHEIMER
Merupakan salah satu bentuk demensia yang paling sering ditentukan di
klinik.
Penyebab:
Terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi
daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini
diperburuk dengan penurunan zat neurotransmitter, yang berfungsi untuk
menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain.
Gejala:
– Mengajukan pertanyaan yang sama pada suatu saat berulang-ulang atau mengulangi
cerita yang sama, dan kata-kata yang sama terus-menerus.
– Lupa
cara untuk melakukan kegiatan rutin. Misalnya lupa cara memasak dan sebagainya.
– Gangguan
berbahasa.
– Disorientasi
– Gangguan
berpikir secara abstrak.
– Gangguan
kepribadian
– Gangguan
untuk membuat keputusan sehingga menjadi tergantung pada pasangannya.
Pengobatan:
Sampai
saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer.
Obat-obatan yang ada bersifat memperlambat progresivitas penyakit.
Pencegahan:
Dengan
mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan
beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, diantaranya:
– Bergaya
hidup sehat
– Mengkonsumsi
sayur dan buah segar
– Menjaga
kebugaran mental (mental fitness)
7. ATAKSIA
Merupakan suatu penyakit dimana bagian dari sistem saraf yang mengendalikan
gerakan mengalami kerusakan.
Penyebab:
Sebagian besar gangguan yang menghasilkan ataksia disebut serebellum (otak
kecil) memburuk atau atrofi. Kadang urat saraf tulang belakang (spinal cord)
juga terpengaruh. Degenerali serebral dan spino serebral digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada sistem saraf manusia, namun bukan
diagnosa yang spesifik. Degenerali serebral dan spino serebral
memiliki banyak penyebab.
Gejala:
– Kelainan
reresif umumnya menyebabkan gejala yang dimulai sejak masa kanak-kanak
dibandingkan dewasa.
– Tidak
adanya koordinasi tangan, lengan dan kaki dan kemampuan berbicara adalah gejala
umum lainnya.
– Gerakan
mata yang lambat
II. ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUANG SYARAF (PARKINSON’S)
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat
kesehatan dan pengkajian berfokus pada bagaimana penyakit mempengaruhi
aktivitas pasien dan kemampuan berfungsi. Pasien diobservasi mengenai apakah
mereka dapay melakukan dan apakah terjadi perubahan dala fungsi. Respon-respon setelah pemberian medikasi juga diperhatiokan. Pasien dapat
ditanyakan apakah mereka melihat ada perbaikan. Pertanyaan berikut
dapat membantu:
– Apakah klien mengalami kekakuan tangan atau kaki?
– Apakah klien mengalami sentakan tidk teratur pada tangan atu kaki?
– Apakah klien mengalami “beku’ atau terpaku dan tidak mampu bergerak?
– Apakah air liur klien berlebihan?
– Pernahkah klien melihat diri klien meringis atau membuat gerakan wajah atau
mengunyah?
– Aktivitas fisik apa yang susah klien lakukan?
Selama
pengkajian pasien diobservasi pada saat berjalan,bergerak atau minum
2. Gejala
awal: kelemahan,cenderung untuk menetap,gerakan lambat atau kekakuan pada
eksremitas yang terserang, kehilangan beberapa ekspresi wajah, kualitas bicara
tenang,lengan cenderung fleksi pada siku.
– Tremor:
bibir,rahang,lidah,otot-otot wajah,dan otot ekstremitas,biasanya tremor saat
isirahat,saat menulis,dengan tulisan yang semakin kecil(mikrografia)
– Postur dan rigiditas: gaya
berjalan menghindar tanpa ayunan tangan,hipertonicitas
– Keseimbangan: festination
(tubuh semakin miring seiring langkah kaki), propulsion( langkah kedepan dan
tubuh miring), lateropulsion( langkah kesamping dan tubuh miring)
– Wajah: seperti topeng,mata
kurang berkedip
– Bicara: pengulangan
kalimat secara tidak sadar,penurunan amplitude,irama cepat tapi lembut
– Gradual demensia
awal:
pelupa,episode bingung minor,depresi
lanjut:
irritable, paranoid dan halusinasi,delirium
– disfungsi autonom:
peningkatan sekresi sebum,menyebabakn kulit bersisik,erupsi eritematous pada
kulit (kususnya pada telinga,alis,kulit kepala dan lipatan hidung),keringat
berlebihan,intermiten;konstipasi kronis,sering kencing dan hesistansi,hipotensi
ortostatik dan disfagia
– nutrisi: kegagalan
delusion,kehilangan BB,kegagalan otot krikofaringeal untuk relaksasi.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kerusakan
aktifitas fisik b.d tremor, bradikinesia, rigiditas dan kerusakan berjalan.
2. Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tremor, rigiditas otot-otot
pencernaan, disfagia, kehilangan nafsu makan, serta kesulitan mengunyah dan
menelan.
3. Konstipasi b.d. keterbatasan fungsi motorik dan imobilitas.
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d. penurunan volume bicara, kesulitan
menggerakkan otot wajah dan disartria.
5. Inefektif
koping individu b.d. kurangnya control mengatasi proses penyakit dan perubahan
body image.
6. Resiko
tinggi cedera b.d. tremor dan rigiditas otot, kerusakan kognitif dan hipotensi
ortostatik.
C. TUJUAN
dan KRITERIA HASIL
1. Pasien dapat memperlihatkan mobilitas maksimum dalam batasan penyakit, dengan
KH:
– Menggunakan tindakan
pengamatan untuk menimalkan kemungkinan cedera.
– Adanya peningkatan
mobilitas.
– Mempertahankan mobilitas
optimal yang ditandai dengan tidak adanya konstraktus.
2. Kebutuhan nutrisi sesuai dengan usia
dan keperluan tubuh terpenuhi, dengan KH:
– Tidak ada kesulitan
mengunyah dan menelan.
– Mual tidak ada.
– Nafsu makan meningkat.
– Muntah tidak ada.
– Berat badan menigkat (1/2
kg / mg)
3. Konstipasi tidak ada, dengan KH:
– Pola fungsi usus kembali
normal (Bising usus 6 – 12x / menit)
– Pola defekasi kembali
normal setiap 1-3 hari
– Tidak menggunakan laksatif
untuk membantu BAB
4. Kerusakan komunikasi verbal dapat
dikurangi, dengan KH:
– K memperlihatkan kemampuan
untuk mengekspresikan diri.
– K mampu mengungkapkan
penurunan frustasi yang ditunjukkan dengan adanya komunikasi.
5. Pasien dapat terhindar dari cedera
b.d. ketidakmampuannya, dengan KH:
– K dapat mengidentifikasi
factor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cedera.
– K mampu melakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah cedera.
D. PERENCANAAN
DX.
1. Kerusakan aktifitas fisik b/d tremor, bradikinesia, rigiditas dan kerusakan
berjalan.
1. Monitor
tanda-tanda vital.
R/ :
Untuk mengtahui kondisi umum K dan mencegah adanya komplikasi.
2. Kaji
rigiditas / tremor otot, bradikinesia, dan mencegah adanya komplikasi.
R/
: Defisiensi dopamine menyebabkan gejala-gejala penyakit Parkinson.
3. Berikan latihan ROM aktif dan pasif.
R/ : Mencegah kontraktus sendi dan kekakuan.
4. Anjurkan K untuk mandi dengan air hangat dan berikan massage.
R/ : Untuk membantu merelaksasikan otot.
5. Anjurkan K untuk beristirahat yang cukup.
R/
: Untuk mencegah
kelelahan dan frustasi.
6. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat secara tepat waktu, dosis serta catat respon
K terhadap pengobatan.
R/ : Obat harus diberikan tepat waktu untuk menghindari agravasi gejala dan
dosis yang diberikan tergantung pada respon K.
DX. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tremor, rigiditas
otot pencernaan, disfagia, kehilangan nafsu makan serta kesulitan mengunyah dan
menelan.
1. Monitor
berat badan
R/ : Untuk mengetahui tingkat kekurangan nutrisi pasien.
2. Kaji kebiasaan makan K, tingkat rigiditas, tremor pada otot-otot saat
mengunyah dan kaji adanya disfagia.
R/ : Otot-otot yang berperan untuk mengunyah dan makan dapat dipengaruhi
oleh proses penyakit Parkinson.
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menghindari hal-hal yang menganggu
selera makan.
R/ : K dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan, tanpa adanya distraksi
dari lingkungan.
4. Lakukan prekuasi untuk mencegah aspirasi dan batuk : angkat kepala tempat
tidur, pertahankan kepala agak fleksi.
R/ : Resiko aspirasi dan batuk meningkat sesuai dengan perkembangan
penyakit.
5. Berikan K makanan semi lunak jika memiliki kesulitan menelan.
R/ :
Makanan semi lunak mudah ditelan dan mencega aspirasi.
6. Berikan pasien makanan berkalori tinggi.
R/ : Untuk mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
7. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ : Makanan kecil lebih mudah dicerna dan mengurangi depresi
8. Kolaborasi
untuk pemberian obat sebelum makan.
R/ :Untukmengurangi rigiditas dan tremor pada otot-ototmengunyah dan
menelan.
DX.
3. Konstipasi b.d. Keterbatasan fungsi motorik dan imobilitas.
1. Kaji
pola frekuensi dan konsistensi feres saat BAB
R/ : Untuk mengetahui tingkat kesulitan saat BAB
2. Berikan
makanan dengan serat seimbang.
R/
: Untuk mempermudah
defekasi
3. Tingkatkan intake cairan sedikitnya 2000 ml / hari.
R/
: Intake cairan
yang cukup dapat melunakkan feses dan memfasilitasi eliminasi.
4. Berikan
privasi dan posisi fowler dengan jadwal waktu teratur.
R/ : Meningkatkan usaha evakuasi feses.
5. Auskultasi
bising usus, catat ada tidaknya perubahan biang usus
R/ : Penurunan atau hilangnya bising usus mengindikasikan adanya ileus
paralitik yang berarti hilangnya motilitas usus dan ketidakseimbangan
elektrolit.
6. Catat
adanya distensi abdomen.
R/ : Distensi abdomen mencerminkan perkembangan ileus paralitik.
7. Anjurkan
minum 1 gelas air hangat 30 menit sebelum sarapan.
R/ : Air hangat dapat bertindak sebagai stimulus untuk evakuasi usus.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pelunak feses.
R/ : Mencegah konstipasi, menurunkan distensi abdomen dan menbantu
keteraturan defekasi.
DX. 4. Kerusakan komunikasi verbal b.d. penurunan volume bicara, kesulitan
menggerakkan otot wajah dan disartria.
1. Kaji
tipe atau derajat disfungsi bicara.
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan pusat wicara.
2. Perhatikan
kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
R/ : Umpan balik memberi kesempatan untuk mengkalrifikasikan isi makna
ucapan K.
3. Tunjukkan objek dan minta K menyebutkan nama benda tersebut.
R/ : Melakukan penilaian terhadap kerusakan motorik.
4. Berikan metode komunikasi alternative, seperti : menulis dan menggambar.
R/ : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan / deficit
yang mendasari.
5. Hargai
kemampuan pasien.
R/ : Memberikan reward dapat meningkatkan harga diri K.
6. Kolaborasi denganahliterapiwicara.
R/ :Pengkajian secara individual kemampuanbicara dan sensori,
motoriksertakognitifberfungsiuntukmengidentifikasikekurangan / kebutuhanterapi.
DX.
5. Resiko tinggi cedera b/d tremor, rigiditas, kerusakan kognitif dan hipotensiontostatik.
1. Kaji
tanda-tanda vital.
R/ :
Untuk mengetahui kondisi umum K, hipotensi static mengkalrifikasikan perfusi
darah dan O2 ke jaringan otak yang menurun.
2. Kaji
tingkat kesadaran K.
R/
: Penurunan tingkat kesadaran mengidentifikasi penurunan perfusi
jaringan otak yang dapat memicu terjadinya kerusakan kognitif.
3. Orientasikan K terhadap lingkungan di
sekitarnya.
R/
: Mempertahankan keamanan K dan mengurangi resiko cedera.
4. Kaji
tingkat ketidakmampuan K : Kaji hipotensi ortostatik dan berbagai kerusakan
kognitif.
R/ :
Derajat ketidakmampuan b/d hipotensi ortostatik adalah efek samping dipengobatan yang diberikan.
5. Ajarkan
teknik untuk menurunkan hipotensi ontostatik dengan mengubah posisi secara
perlahan, bergerak dari posisi berbaring ke posisi berdiri secara perlahan dan
menghindari berdiri terlalu lama.
R/
: Mengurangi resiko jatuh.
6. Pertahankan tempat tidur serendah mungkin dan pasang pengaman pada sisi
tempat tidur.
R/ : Untuk menjamin keamanan K dari resiko jatuh.
E. EVALUASI
1. Masalah kerusakan aktifitas fisik dan terapi fisik dapat teratasi
sepenuhnya. Ditandai dengan :
– K memahami regimen latihan
dan terapi fisik.
– K memperlihatkan mobilitas
fisik optimum sesuai dengan status fisiologisnya.
– Tidak terjadi kontraktur.
– Tremor, rigiditas dan
bradikinesia sepenuhnya.
2. Masalah kekurangan nutrisi teratasi
sepenuhnya, ditandai dengan:
– Berat badan K sesuai
dengan tinggi badan dan usia.
– Tidak ada kesulitan dalam mengunyah
dan menelan.
– Nafsu makan meningkat.
3. Masalah konstipasi teratasi
sepenuhnya, ditandai dengan:
– Pola fungsi usus normal
(bising usus 6-12 x / menit)
– Pola defekasi setiap 1-3
hari.
– Distensi abdomen
tidak ada.
4. Masalah kerusakan komunikasi verbal
dapat teratasi sepenuhnya, ditandai dengan:
– K mampu mengekspresikan
perasaan secara verbal.
– K mampu mengucapkan kata
dan berkomunikasi dengan tenang.
– K mampu meningkatkan
kemampuan bicara secara progresif.
5. Resiko tinggi cedera tidak terjadi,
ditandai dengan :
– K tidak mangalami cedera.
– K mampu mengidentifikasi
factor-faktor yang meningkatkan resiko cedera.
– K mampu melakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah cedera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar