Proses menua
akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular. Hal ini pada akhirnya
juga akan menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung. Perubahan fisiologi
jantung ini harus kita bedakan dari efek patologis yang terjadi karena penyakit
lain, seperti pada penyakit coronary arterial disease yang juga sering terjadi
dengan meningkatnya umur. Ada sebuah masalah besar dalam mengukur dampak menua
terhadap fisiologi jantung, yaitu mengenai masalah penyakit laten yang terdapat
pada lansia. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi penyakit CAD pada hasil
autopsi, di mana ditemukan lebih dari 60% pasien meninggal yang berumur 60
tahun atau lebih, mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri
koronaria. Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar 20%
pasien berumur >80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas
hal ini menggambarkan bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD adalah
asimptomatik.
Hal ini sangat
menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian mengenai efek fisiologis
menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain seperti CAD pada sekelompok lansia yang sepertinya sehat. Akan
tetapi, tidak semua penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menyingkirkan
penyakit laten yang mungkin terdapat. Hal inilah yang sering menyebabkan
terdapatnya perbedaan dalam hasil pendataan pada sejumlah penelitian.
1.Konsep
medis
Perubahan
system Kardiovaskuler
a. Jantung
(Cor)
Elastisitas
dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya
kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media
aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena ateros¬kle¬rosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence
dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan
jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi
hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada
laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan
cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel
dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan
kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan
ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran
katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih
luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan
circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut
menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta.
Peru¬bahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran,
penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering ter¬jadi pada anulus katup
mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi
pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi.
b. Pembuluh
Darah Otak
Otak mendapat
suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan
plak ateroma sering di¬jumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri
karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak
ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk
fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2%
dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen
komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih
50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan
degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah
degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago
meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke
perifer men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh
dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi
dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis
servikalis.
Discus
intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga
degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut.
Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit
sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.
2) Berkurangnya
panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies menjadi berkelok-kelok. Pada
posisi tertentu pembu¬luh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya
kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah
diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat
rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi
jantung dan bahkan fungsi otak
c. Pembuluh
Darah Perifer.
Arterosclerosis
yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan pasokan
darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan
otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan
Fisiologis Kardiovaskuler
a. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada Jantung
1) Pada
miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)
pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat
fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan
sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung
(murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan
daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung.
Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia
berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi
fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat
selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi
penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat
pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga
melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan
fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi
jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada Pembuluh darah
1) Hilangnya
elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik
dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut
“Isolated aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam
tekanan diastolik.
2) Menurunnya
respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu reaksi
terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding
kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
c. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada Darah
1) Terdapat
penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
2) Jumlah
Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan
jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini
menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
1.2.6.
Penyakit pada lansia yang berhubungan dengan system kardiofaskular
a.
Hipertensi
Hipertensi
merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara
lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang
tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan
tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan
hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa
pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa
panas atau telinga mendenging.
b.
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan
jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di arteri
coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung.
Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan sebagian
jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat
berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul berupa
sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai muntah.
Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun, gejala
tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c.
Gagal Jantung
Gagal jantung
sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden meningkat pada lansia
yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan ketidakmampuan jantung
memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat inap gagal jantung pada
pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir. Gagal jantung pada
usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang memengaruhi pemompaan darah
yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK. Hipertensi dan
PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan katup menyebabkan gangguan ejeksi,
pengisisan dan preload kronis yang diakhiri dengan gagal jantung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar