Halaman

Cari Blog Ini

Selasa, 02 Oktober 2018

MAKALAH PENGERTIAN GERONTIK LENGKAP (LANSIA)


KATA PENGANTAR


Puji syukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang maha Esa, dimana sampai hari ini kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Spiritual dan Seksualitas Pada Lansia  ”. Terima kasih kami ucapkan kepada
1.    Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kami jalan yang lancar dalam menyelesaikan makalah ini
2.     Teman teman yang sudah mendukung dalam penyelesaian tugas ini
3.     Orang tua yang telah membantu baik materi maupun nonmateri
4.     Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah baik secara langsung maupun tak langsung.
 Peribahasa mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, kami yakin bahwa makalah ini belum sempurna. Akhir kata, mohon maaf bila ada salah kata dan juga kesalahan dalam proses pengerjaan tugas ini. Terima Kasih.
 Wassalamu alaikum wr.wb.



                                                                                                                        Penulis




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

1.      Spirirtual
Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan. Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan yang Maha Esa. Telah dipahami bersama bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pernyataan tersebut mengandung arti, semua peraturan perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan dengannya. Konsekwensi dari sikap konstitusional itu diantaranya adalah semua penduduk di Indonesia wajib berketuhanan dan dilarang berkembangnya ateisme. Klien adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik dalam skala nasional (klien sebagai bagian dari penduduk suatu negara) maupun dalam skala global (klien sebagai bagian dari penduduk dunia).
Klien dalam perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson (2006) merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Sebagai manusia, klien selain sebagai mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan hakikat manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological), psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural (cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan spiritual. 


Dalam kata lain, Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, main dan spirit. Beberapa pandangan pakar di atas, sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual.  Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural atau dimensi body, main dan spirit merupakan satu kesatuan yang utuh. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Terkait konsep ini, Plato dalam Makhija (2002) mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya berusaha mengobati dan menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan, demikian juga badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah sejahtera kecuali keseluruhannya sejahtera.


Kesadaran akan konsep ini melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien. 
Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia, kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan oleh beberapa data yang didapat penulis dari hasil penelusuran terhadap berbagai sumber di beberapa negara maupun pengalaman dan observasi klinis penulis di beberapa institusi atau lembaga pelayanan kesehatan dimana penulis pernah melaksanakan praktik klinik. Fakta tersebut antara lain seperti yang di kemukakan oleh: 1) Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas dan mengalami kebingungan antara konsep spiritualitas dan religius, 2) kesimpulan Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam studinya juga memperlihatkan terdapat banyak perawat yang mengakui bahwa mereka tidak dapat memberikan asuhan spiritual secara kompeten karena selama masa pendidikannya mereka kurang mendapatkan panduan tentang bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten, 3) Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit ditemukan akibat terjadinya pergeseran budaya dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap kepentingan bisnis yang berorientasi material, dan 4) kesimpulan sementara penulis dari hasil observasi penulis selama melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang menyimpulkan bahwa asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat dalam praktik profesionalnya sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya menemukan dokumen dalam catatan keperawatan yang memperlihatkan bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan dengan baik.
Disamping itu merujuk pada hasil riset yang dilakukan di negara lain seperti oleh Oswald (2004) dalam disertasinya berjudul Nurses’s Perception of Spirituality and Spiritual Care di Drake University Amerika, yang merekomendasikan empat hal untuk dilakukakn penelitian lebih lanjut meliputi 1) perlunya penelitian lanjutan yang serupa pada populasi dan lokasi (termasuk negara) berbeda, yang mempunyai latar belakang sosiobudaya berbeda, 2) penelitian dilakukan dalam kerangka waktu yang lebih panjang, 3) perlunya memperluas data demografi meliputi tiga area antara lain lokasi dimana perawat melakukan praktik profesionalnya (location of practice), tingkat pendidikan perawat (educational level of the nurse), dan lamanya bekerja (years of service in the profession); dan 4) penelitian spiritualitas dan asuhan spiritual dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Hasil studi tersebut kiranya menjadi fenomena penting yang perlu dilakukan studi lebih lanjut.
Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua pertentangan antara pentingnya asuhan spiritual di satu sisi dan fakta permasalahan aplikasi asuhan spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus juga peluang dan tantangan untuka melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan asuhan spiritual. Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut bagaimana persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai langkah awal untuk mulai memfokuskan dan mendudukan sama pentingnya aspek spiritual, seperti juga aspek lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi lanjutan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi asuhan spiritual, baik faktor pendukung maupun penghambatnya. Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah keabadian dan kesehatan. Kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan variabel fisik, psikologis, sosiologis, cultural, perkembangan an spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan, yang ditanai oleh makna dan harapan ( Clark at all, 1991 ) spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistic kemanusiaan. Agar perawat dapat memberikan keperawatan yang berkualitas, mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka mengidentifikasikan dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka dan ketika mereka menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan menderita penyakit. Keperawatan membutuhkan keterampilan dalam keperawatan spiritual. Setiap perawat harus memahami tentang spiritualitas dan bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan setiap orang. Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai konsep umum spiritualitas pada lansia.
2.      Seksualitas
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia  lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan biasa tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
a.     Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
b.    Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
c.     Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
3.      Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 1999) dan mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).Berbagai istilah berkembang terkait dengn lanjut usia (lansia) yaitu: gerontologi, geriatric dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros artinya lanjut usia dan logos adalah ilmu. Jadi gorontology adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Sedangkan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Nugroho, 2000)





B.     Tujuan

1.      Tujuan umum 
a.      Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang konsep umum spiritual pada pasien lansia.
b.      Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2.      Tujuan khusus
a.      Mahasiswa mengetahui pengertian spiritual 
b.      Mahasiswa mengetahui dimensi spiritual lansia
c.       Mahasiswa mengetahui perkembangan spiritual lansia
d.      Mahasiswa mengetahui kebutuhan dasar spiritual pada lansia
e.      Mahasiswa mengetahui sikap kelompok lansia tentang sakit dan kematian
f.        Mengetahui karakteristik masa usia lanjut
g.      Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut
h.      Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
i.        Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut

C. Rumusan Masalah

1.  Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?
2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual?
3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
4. Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?
5. Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Usia Lanjut

1.    Pengertian Usia Lanjut

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 1999) dan mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).Berbagai istilah berkembang terkait dengn lanjut usia (lansia) yaitu: gerontologi, geriatric dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros artinya lanjut usia dan logos adalah ilmu. Jadi gorontology adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Sedangkan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Nugroho, 2000).

2.    Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan.
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
a.       Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :
1.      Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.
2.      Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
3.      Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.
4.      Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.
b.      Menurut Prof.Dr. Sumiati Ahmad Mohammad
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
1.   0-1 tahun (masa bayi)
2.   1-6 tahun (masa prasekolah
3.   6-10 tahun (masa sekolah)
4.   10-20 tahun (masa pubertas)
5.   20-40 tahun (masa dewasa)
6.   40-65 tahun (masa setengah umur/prapensiun)
7.   65 tahun keatas (lanjut usia)
c.       Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)
Mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1.   Fase iuventus : 25-40 tahun
2.   Fase verilitas : 40-50 tahun
3.   Fase prapensiun : 55-65 tahun
4.   Fase senium : 65 tahun hingga tutup usia.
d.      Menurut Prof.Dr. Koesoemato Setyonegoro
1.   sia dewasa muda (elderly Adulhood) = 18/20-25 tahun.
2.   Usia dewasa penuh (Middle Years) = 25-60/65 tahun.
3.   Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun , terbagi


;
·      untuk umur 70-75 tahun (young Old)
·      untuk umur 75-80 tahun (old)
·      untuk umur > 80 tahun (very old)

Jika dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang- orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Saat ini berlaku UU No 13/tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas” (Nugroho, 2008).

3.    Teori-Teori Proses Menua.

a.         Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai didalam nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu (Nugroho, 2003).
b.         Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2003)
c.       Teori menua akibat metabolisme
Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme (Darmodjo, 2000)



B.     Spiritual pada lansia

1.      Defenisi Spiritual

Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).
Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orangUniversitas Sumatera Utara lain dan lingkungan. Terdapat hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut (Stoll, 1989; dikutip dari Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual adalah :
kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi (Hungelmann et al, 1985 dalam Potter & Perry, 1995). Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young, 2007).
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003). 
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan system kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan Tuhan. Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

2.      Karakteristik Spiritual

Terdapat beberapa karakteristik Spiritual yang meliputi :
a.       Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan  kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit (Grimm, 1991)
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan , merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
b.      Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000). 
Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).

Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan untuk
menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).
c.       Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah raga dan lain-lain (Puchalski, 2004).
Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Hamid, 2000).
d.      Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan Spiritual apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 1999).

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual

Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Hamid (2000), faktor penting yang dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah :
a.       Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa Spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.
b.      Peranan keluarga penting dalam perkembangan Spiritual individu.
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman tehadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone, 1997).
c.       Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
d.      Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis dan Lemon, 1997). Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia menguji imannya.
e.       Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadi penyakit, penderitaan, proses spenuaan,
kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; dikutip dari Craven & Hirnle, 1996).
f.       Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2000)
g.      Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan (Hamid, 2000).

4.      Perkembangan Spiritual pada Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta l ebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).

5.      Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia

A.    Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwanya diantaranya
a.       Penyesuaian terhadap masalah kesehatan
Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro, 2002). Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho, 1999).
b.      Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999). Masa pensiun seringkali dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa tiba mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan hidup santai, namun sebaliknya mengalami masalah kejiwaan maupun fisik (Rini, 2001).
c.       Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga
Penyesuaian yang dihadapi lanjut usia diantaranya hubungan dengan pasangan, perubahan perlaku, seksual dan sikap sosialnya, dan status ekonomi. Khususnya aspek sosial pada lanjut usia yang pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh sering menimbulkan keterasingan. Dari segi ekonomi, pendapatan yang diperoleh lanjut usia akan berkurang karena tidak memiliki pekerjaan lagi (Kuntjoro, 2002). Selain itu, lanjut usia akan merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan permasalahan keuangan karena menyadari kecilnya kesempatan untuk memecahkan masalah tersebut (Hurlock, 1999)
d.      Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai
Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau penceraian (Hurlock, 1999). Kondisi ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).

6.      Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia

Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia.
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004)
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

7.      Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara lain: 1) agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan; 2) lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

8.      Konsep Kebutuhan Dasar Spiritual

1.    Pengertian kebutuhan dasar spiritual
2.    Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.  Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004). 
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. (Hamid, 2000) Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu : 
a.       Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
b.      Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
c.       Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e.       Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain 
f.       Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g.      Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
h.      Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu (Hamid, 2000) : 
1)      Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan
2)      Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan.
3)      Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta.
4)      Membina integritas personal dan merasa diri berharga
5)      Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6)      Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. 

9.      Pengkajian kebutuhan dasar spiritual pada pasien lansia

Dalam pengkajian terhadap lansia perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka. Mengingatkan klien lansia apakah sudah beribadah, bagaimana perasaan lansia setelah beribadah, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan beribadah lainnya (berdoa, pergi ketempat beribadah, berpuasa, berdoa bersama atau pengajian, membaca kitab suci atau al’quran dan lain-lain).

C.     Seksualitas pada lansia

1.      Pegertian seksualitas

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia  lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. 

2.      Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1.        Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a.       Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
b.      Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
c.       Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
d.      Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.


2.        Pria
a.       Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada  60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain  proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.
b.      Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

3.      Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan

1.     Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2.     Fase arousal
Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
3.       Lase orgasmik
Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4.        Fase pasca orgasmik   
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
a.     Penyebab iatrogenik
b.    Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
c.     Penyebab biologik dan kasus medis
d.    Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.
5.       Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
a.       Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b.       Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
c.        Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d.       Pasangan hidup telah meninggal.
e.        Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
f.        Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
1)      Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2)      Pasca stroke\
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
3)      Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
4)      Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.
5)      Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
6)      Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.
7)      Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
8)      Penyakit paru obstruktif kronik
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
9)      Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.




D.    FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Tanggal pengkajian : 28 maret 2012

A.   DATA BIOGRAFI
Nama                                                   : Ny. “S”
TTL                                                     : 7 juli 1943
Jenis kelamin                                       : perempuan                 Golongan darah: O
Pendidikan                                          : SD
Agama                                                 : islam
Status perkawinan                               : menikah
TB / BB                                               : 150 cm/45 kg
Penampilan                                          : bersih, rapi,               
ciri-ciri tubuh                                       : kurus, kecil
Alamat                                                            : jl desa camba
Orang yang dekat                               : klien dekat dengan anak tertua klien
Hubungan                                           : anak
Alamat / telepon                                  : -

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN
C.   GENOGRAM
·         Riwayat keluargA
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit menular seperti TB paru






RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini                                                    klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri dirumah
Alamat pekerjaaan                                     : tidak ada
Jarak dari rumah                                        : tidak ada
Alat transportasi                                        : jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya                               : klien sebagai ibu rumah tangga
Jarak dari rumah                                        : tidak ada
Alat transportasi                                        : jalan kaki

D.   RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Type tempat tinggal                                   : permanen (milik suami)
Jenis lantai rumah                                      : kayu
Keadaan lantai                                           : kering
Tangga rumah                                            : tidak ada
Penerangan                                                : cukup
Tempat tidur                                              : aman ( tidak terlalu tinggi)
Alat dapur                                                  : tertata rapi
WC                                                             : jamban
Kebersihan lingkungan                              : bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang
Derajat privasi                                           : kurang di perhatikan oleh menantunya
Tetangga terdekat                                                  klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang sudah berkeluarga
Alamat dan telepon                                   : jl. Desa camba

E.    RIWAYAT REKREASI
Hobby / minat                                           : klien senang memancing
Keanggotaan organsasi                            : klien tidak mengikuti organiasi apapun
Liburan / perjalanan                                              Klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang berekreasi

F.    SISTEM PENDUKUNG
Klien di dukung oleh seorang perawat
Jarak dari rumah                                      : 1000 km
Rumah sakit                                              : tidak ada rumah sakit di kampung klien               hanya terdapat puskesmas pembantu
Pelayanan kesehatan dirumah                         : tidak ada
Makanan yang di hantarkan                            : tidak ada makanan yang di hantarkan
Perawatan sehari-hari yang                                  

G.   DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual                                                     Semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat lima waktu

H.   STATUS KESEHATAN
                        Selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag dan asam urat
5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa seperti pilek, demam

Keluhan utama
1.    Provocative / palliative                   : maag
2.    Quality / quantity                             : seperti di tusuk-tusuk
3.    Region                                              : di uluhati
4.    Severity scale                                  : 4 (0-10)
5.    Timing                                               : kadang-kadang
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke puskesmas untuk berobat. .

Obat – obatan :
NO
NAMA OBAT
DOSIS
KETERANGAN
1
ANTASIDA
2 X sehari
Sebelum makan
2
Cimetidine
3 x sehari
Sesudah makan
3
Paracetamol
1 x sehari
Bila nyeri
4
Vit B.komplek
2 x sehari
Sesudah makan
5
Allopurinol
3 x sehari
Sesudah makan
6
Piroxicam
3 x sehari
Sesudah makan
7
Vit B.1
2 x sehari
Sesudah makan

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat – obatan                                           : klien tidak ada alergi pada obat-obatan
Makanan                                                   : klien tidak ada alergi pada makanan
Factor lingkungan                                     : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita             : klien menderita maag dan asam urat


I.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks KATZ: A
Oksigenasi                                      Frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui hidung
Cairan & elektrolit                                     klien minum air putih ± 1000ml/hari, klien minum kopi setiap pagi
Nutrisi                                                        klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah
Eliminasi                                         : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari
Aktivitas                                          : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah
Istirahat & tidur                                                     Klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat bangun untuk kebersihan klien mengerti dan membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene maupun vulva hygiene
Seksual                                                                   Saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk berhubungan itu mulai menurun sementara suami klien masih mempunyai keinginan yang kuat.
Rekreasi                                                      Klien jarang berekreasi ketempat yang jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah tetangga yang berada di dekat rumah




J.    PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Konsep diri                                     : klien menyadari bahwa klien sudah lansia
Emos                                              : emosi klien labil
Adaptasi                                                                 Klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap lingkungan maupun orang baru
Mekanisme pertahanan diri           : tidak terkaji
Status mental
Tingkat kesadaran                         : kompos mentis
Afasia                                             : -
Dimensia                                                                Klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang lalu. klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan tempat terutama yang baru dilihat oleh klien
Bicara              : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan
Bahasa yang diguna                                                                            klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam kehidupan sehari-hari
Kemampuan membaca            : klien tidak bias membaca
Kemampuan interaksi             : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan
Vertigo                                    : klien tidak mengalami vertigo
Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) =  2 (fungsi mental utuh)
Mini – Mental State Exam (MMSE) = 2  (baik)
Geriatric Depresion Scale              = 5  (kemungkinan depresi)
APGAR                                          = score 5 (menengah / sedang)

K.   TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum                       : baik
Tingkat kesadaran                   : compos mentis
Tanda-tanda vital                     : TD : 130/90 mmHg               nadi : 88x/menit
                                                         RR : 18x/menit                        suhu : 36 °C
                                                         TB : 150 cm                            BB : 50 kg






PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1.   Bentuk dada                                   : simetris
2.   Sekresi dan batuk                           : batuk dan sekresi tidak ada
Nyeri waktu bernafas               : tidak nyeri saat bernafas
3.   Pola nafas
a.  Frekuensi nafas                         : 18x/menit
4.   Bunyinafas
a.  Normal
Vasikuler di                             : semua lapang paru
Bronchial di                            : atas manubrium sternum
Bronchovesikuler di                : ICS 2 percabangan bronkus
5.   Pergerakan dada                           : intercostal
6.   Tractilfremitis / fremitus vocal      : tidak meningkat dan tidak menurun
7.   Alat bantu pernafasan                   : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING)
1.   Nadi
Frekuensi                                              : 88 x/menit ,kuat
2.   Bunyi jantung                                 : normal
3.   Letak jantung                                  : ictus cordis teraba pada ICS 5
4.   Pembesaran jantung                        : tidak ada pembesaran jantung
5.   Nyeri dada                                      : tidak ada nyeri dada
6.   Edema                                             : tidak ada edema
7.   Clubbing finger                               : tidak ada



PERSARAFAN (B3 : BRAIN)
Tingkat kesadaran                               : kompos mentis
1.   GCS                                               : E4 M6 V5
Total GCS                                            : 15
2.   Reflex                                             : normal
3.   Koordinasi gerak                            : ya
4.   Kejang                                            : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori)
1.   Mata (penglihatan)
a.  Bentuk                                        : normal
b.   Visus                                          : -
c.   Pupil                                           : isokor
d.   Gerak bola mata                         : normal, tidak menyempit
e.   Medan penglihatan                     : normal
f.    Butawarna                                  :  klien tidak mengalami buta warna
g.   Tekanan intra okuler                  : tidak
2.   Hidung (penciuman)
a.    Bentuk                                      : normal
b.    Gangguan penciuman              : tidak ada
3.   Telinga (pendengaran)
a.    Aurikel                                      : normal dan simetris
b.    Membrab tympani                    : agak keruh
c.    Otorrhoea                                  : tidak ada
d.    Gangguan pendengaran            : ya
e.    Tinnitus                                     : tidak
4.   Perasa                                               : menurun       
5.   Peraba                                              : menurun

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)
Masalah kandung kemih              : tidak ada masalah
Produksi urine                              : 500 ml/hari
Frekuensi                                      : >3 x/hari
Warna                                           : kuning
Bau                                               : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)
1.   Mulut dan tenggorokan
a)  Selaput lendir mulut                   : lembab, tidak ada stomatitis
b)  Lidah                                          : agak kotor
c)  Kebersihan rongga mulut          : tidak berbau  dan gigi bersih
d)  Tenggorokan                             : tidak sakit saat menelan
e)  Abdomen                                   : kenyal
f)   Pembesaran hepar                    : tidak ada pembesaran hepar
g)  Pembesaran lien                       : tidak ada pembesaran lien
h)  Asites                                         : tidak ada asites
2.   Masalah usus besar dan rectum / anus
Bab                                                 : 1 x/hari tidak ada masalah
Obat pencahar                               : tidak mengkonsumsi obat pencahar





OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE)
1.      Otot  dan tulang
Kemampuan pergerakan  sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas
Kemampuan kekuatan otot
a)      Fraktur                                           : tidak ada fraktur
b)      Dislokasi                                        : tidak ada dislokasi
c)      Hematom                                       : tidak ada hematom
2.      Integument
a)      Warna kulit                                     : kuning langsat
b)      Akral                                               : hangat
c)      Turgor                                             : tidak elastis
d)     Tulang  belakang                            : kiposis
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
1.      Bentuk                                           : normal
2.      Benjolan                                        : tidakada
3.      Kelamin
4.      Bentuk                                           : normal
5.      Keputihan                                      : tidak ada keputihan
6.      Siklus haid                                     : sudah menoupose

ENDOKRIN
1.   Factor alergi                                   : tidak ada alergi
2.   Kelainan endokrin                          : tidak ada kelainan endokrin
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentan                                                   Klien  kurang peka terhadap masalah kesehatan





ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
1
DS : klien mengatakan “ keinginan untuk melakukan hubungan suami istri sudah mulai berkurang sejak klien merasa memasuki usia senja dan klien mengatakan dalam 1 minggu klien dan suaminya sangat jarang melakukan hubungan suami istri.
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose
Perubahan struktur tubuh / fungsi
Disfungsi seksual
  

RENCANA KEPERAWATAN
No.
Dx. Kep.
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
1
Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
·       Mengekspresikan kenyamanan
·       Mengekspresikan kepercayaan diri
1.    Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
2.    Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
3.    Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.





4.    Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
1.    Agar klien mau mengungkapkan masalah nya


2.    Agar pasien lebih bisa menerima perubahan tersebut





3.    Menambah pemahaman klien tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi seksual tidak menjadi beban pikiran
4.    Makanan bergizi dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh karena biasanya pada lansia daya tahan tubuhnya menurun





















IMPLEMENTASI
No.
Dx. Kep.
Implementasi
Evaluasi
 1
1
  1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa percaya
  2. membantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka saat di bombing untuk mengekspresikan masalah nya
   3. memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya
     4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur
S:klien mengatakan “ sedikit mengerti mengapa keinginan untuk melakukan hubungan suami istri berkurang
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose



E.     SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA


Nama klien    : Ny. “S”                                                             tanggal : 28 maret 2012
Jenis kelamin : perempuan                                                         umur    : 69 tahun
Agama           : islam                                                                  suku     : dayak
Alamat           : islam
Pewwancara  : mahasiswa akper pemkab kotim

SKOR

NO

PERYANYAAN

JAWABAN
1
Tanggal berapa hari ini ?
28
2
Hari apa sekarang ini ?
Rabu
3
Apa nama tempat ini ?
Rumah saya
4
Dimana alamat anda ?
camba
5
Kapan anda lahir ?
Tahun 43 an
6
Berapa umur anda ?
lupa
7
Siapa presiden Indonesia sekarang ?
SBY
8
Siapa presiden sebelumnya?
Megawati
9
Siapa nama kecil ibu anda ?
Tidak tahu
10
15 - 6
9
Jumlah kesalahan total
2


Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh
Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat











MINI MENTAL SKORE

NO
PERTANYAAN
BENAR
SALAH
1
Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh)
2
Hari apakah hari ini ?
3
Apakah nama tempat ini ?
4
Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ?
5
Berapakah usia anda ?
6
Kapan anda lahir ?
7
Siapa nama presiden sekarang ?
8
Siapa nama presiden sebelumnya ?
9
Siapa nama ibu mu sebelum menikah ?
10
15 – 6


JUMLAH KESALAHAN :
0-2 Kesalahan : Baik
3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik







RENCANA KEPERAWATAN
No.
Dx. Kep.
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.       

1
Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
·       Mengekspresikan kenyamanan
·       Mengekspresikan kepercayaan diri
1.    Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2.    Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.



3.    Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
4.    Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel
1.    Agar pasien lebih bisa menerima perubahan tersebut


2.    Menambah pemahaman klien tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi seksuel tidak menjadi beban pikiran
3.    Makanan bergizi dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh karena biasanya pada lansia daya tahan tubuhnya menurun
4.    Untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada saat berhubungan seksual
2.       
2
Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil:
·       Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan rendah diri
·       Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
1.    Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2.    Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3.    Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4.    Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain

5.    Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
1.    Untuk mengetahui seberapa jauh klien bisa menerima keadaan nya



2.    Agar klien mau mengungkapkan masalah nya
3.    Rasa menerima pada pasien akan membuat pasien lebih percaya diri
4.    Agar pasien tidak terlalu canggung atau malu dengnan orang lain karena perubahan nya
5.    Untuk mengetahui apakah klien depresi terhadap perubahan
3.       
3
Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya.
Kriteria Hasil :
·       Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah kesehatan
·       Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap keterbatasannya
1.    Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
·       Kelelahan
·       Nyeri
·       Nafas pendek
·       Keterbatasan suplai oksigen
·       Imobilisasi
·       Kerusakan inervasi saraf
·       Perubahan hormone
·       Depresi
·       Kurangnya informasi yang tepat
2.    Ajarkan pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit
3.    Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit
4.    Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus)
1.    Penting untuk membantu dalam intervensi selanjutnya










2.    Untuk menghilangkan atau mengurangi factor-faktor penyebab

3.    Agar klien lebih mengerti dan bisa menerima bahkan tidak memaksakan diri karena keterbatasan yang di sebabkan oleh penyakit
4.    Meminimalkan rasa sakit tau rasa tidak nyaman saat berhubungan karena penyakit


IMPLEMENTASI
No.
Dx. Kep.
Implementasi
Evaluasi
1.   1.
1
1.    melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa percaya
2.    membantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka saat di bombing untuk mengekspresikan masalah nya
3.    memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya
4.    memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur
S:klien mengatakan “ sedikit mengerti mengapa keinginan untuk melakukan hubungan suami istri berkurang
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose


 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak.
Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan  terselesaikan.

B.     SARAN

Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat  untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.


 

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta
Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta : FKUI
Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya
Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar