BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah kesehatan yang semakin komplek,
menuntut kualitas asuhan keperawatan yang lebih banyak pada masyarakat dari berbagai tingkat usia terutama yang mempunyai
gangguan fungsi tubuh yang bersifat kronis. Berbagai
penyakit saat ini bersifat kronis serta mengancam kehidupan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Salah satu penyakit yang terbukti kronis dan banyak mengancam saat ini
di dunia adalah gangguan Sistem pernapasan. Ancaman yang terjadi pada sistem
ini sebagian besar terjadi akibat adanya infeksi hingga keganasan. Tuberklosis
paru, efusi pleura, asma bronkial hingga kanker paru terbukti menempati urutan
teratas dalam penyakit sistem pernafasan di dunia (WHO, 2012).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, sebanyak 300
juta penduduk di dunia menderita penyakit asma dari berbagai golongan umur dan
ras. Dalam 40 tahun terakhir prevalensi asma telah meningkat disemua negara. (
WHO, 2012 ). WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia saat ini terkena
penyakit asma dan diperkirakan akan mengalami penambahan 180.000 setiap
tahunnya. (WHO, 2013).
Menurut WHO
tahun 2012, beban penyakit asma di Asia Tenggara sangat berat yaitu 1 dari 4
orang penderita asma dewasa tidak bekerja dan kehilangan hari kerja selama
lebih dari 6 hari karena asma mencapai 19,2%. Di Asia Tenggara terutama Malaysia,
Thailand, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura, asma merupakan termasuk
penyebab kematian kedelapan. Penelitian pada guru guru di India menghasilkan
prevalensi asma sebesar 4,1%, sementara laporan dari Taiwan sebesar 6,2%. ( WHO, 2012 )
Aktivitas adalah
keaktifan atau kegiatan berupa usaha, pekerjaan, kekuatan, dan ketangkasan
dalam berusaha atau kegairahan. Aktivitas yang dimaksud disini adalah pada
pasien asma bronkial. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma adalah usaha yang
dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma.
Aktivitas pencegahan kekambuhan asma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari faktor pencetus serangan
asma dan menggunakan obat – obat anti asma. ( Sundaru, 2007 ).
Usaha untuk menjaga
agar tidak kambuh juga bergantung pada pengetahuan klien terhadap penyakitnya.
Dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan landasan untuk menentukan
suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan tentang asma sangat penting. Yang
harus diajarkan kepada pasien adalah mengenal faktor pemicu serangan asma pada
dirinya serta pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan kerja obat asma.
Strategi ini mengurangi frekuensi gejala, eksaserbasi, dampak asma pada gaya
hidup serta kekambuhan pada asma (Chang, Esther et al, 2010).
Di Indonesia,
asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah
penderita tahun 2012 sebanyak 11,5 juta. Umumnya prevalensi asma bronkial pada
orang dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga berbeda-beda antara satu
kota dengan kota lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma
berkisar antara 5-7 % (Sukamto, 2014).
Prevalensi
penyakit asma di provinsi Kalimantan Barat sebesar 3,7% ( kisaran: 1,4% - 6,9%
), tertinggi di kabupaten Sekadau dan diikuti oleh kabupaten Bengkayang, Landak
dan Ketapang serta terdapat disemua kabupaten/kota. Diagnosis oleh Nakes
sebesar 2,1%, jadi cakupan kasus asma oleh tenaga kesehatan (nakes) sebesar
56,7%. ( Riskesdas, 2013 )
Asma bronkial
mempunyai dampak yang sangat menganggu aktivitas sehari – hari. Semakin sering
serangan asma terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga mempengaruhi
aktivitas seperti pemilihan pekerjaan
yang dapat dilakukan, aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain ( GINA, 2012
)
Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan penulis di rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat, jumlah pasien Asma Bronkial periode tahun 2014-2017 adalah sebagai
berikut:
Tabel
1.1 Jumlah pasien dengan diagnosa Asma Bronkial Rumah Sakit Umum Daerah
Pemangkat periode tahun 2014-2017
No |
Tahun |
Asma (Orang) |
1. |
2014 |
31 |
2. |
2015 |
34 |
3. |
2016 |
38 |
4. |
2017 (Januari –
Agustus) |
30 |
|
Total |
133 |
(Sumber:
Rekam Medik RSUD Pemangkat Tahun 2017)
Adanya
pendekatan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial diharapkan
memberikan hasil yang baik yaitu berkurangnya keluhan dari gejala yang
ditimbulkan sehingga dapat meningkatkan derajat kesembuhan pasien. Tujuan
perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai
dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali,
sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya.
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari
alergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup
sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan menghindari stres. Gejala asma
dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak
hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga menggunakan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara
mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma yang
dialami ketika terjadi serangan. (Wong, 2008).
Berdasarkan
pengalaman penulis dalam menangani asma bronkial di RSUD pemangkat, banyak dari
pasien melaporkan bahwa tindakan rawat inap yang dialami terjadi tidak hanya
satu kali. Seorang pasien melaporkan bahwa dalam tahun yang sama, pasien telah
mendapatkan rawat inap sebanyak 3 kali. Keadaan ini sejalan dengan hasil studi
(Suryani, 2008) tentang hubungan antara penghetahuan penderita tentang asma
bronkial dengan kejadian kekambuhan yang kerap terjadi. Salah satu faktor yang
berhubungan dengan masalah kekambuhan adalah kurangnya pengetahuan pasien
tentang mengelola faktor alergen atau penyebab kekambuhan.
Dari data
diatas, penulis tertarik untuk mengali lebih dalam tentang bagaimana
pengetahuan pasien dalam mengenal faktor alergen dan faktor lain yang dapat
menyebabkan kekambuhan. Penulis merencanakan membuat asuhan keperawatan pada
pasien dengan asma brongkial, namun ditambah dengan menggali faktor yang
menyebabkan kekambuhan. Selain itu penulis, juga akan melakukan terapi non
farmakologis didalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien asma tersebut.
Terapi non
farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah dengan
melakukan terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk melatih cara
bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih
ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat dan mempertahankan
pengontrolan asma yang ditandai dengan penurunan gejala dan meningkatkan
kualitas hidup bagi penderitanya. Pada penderita asma terapi pernapasan selain
ditujukan untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih
penderita untuk dapat mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang
serangan, ataupun sewaktu serangan asma (Nugroho, 2006).
Berdasarkan
latar belakang diatas dan melihat semakin meningkatnya masyarakat yang
menderita asma bronkial serta minimnya informasi mengenai penanganan asma
bronkial maka penulis tertarik untuk mengambil permasalahan, “Studi Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistem Asma Bronkial Dalam Pencegahan Fase Kekambuhan
di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat tahun 2018”.
B.
Masalah
Penelitian
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti mencoba untuk merumuskan
masalah yaitu Bagaimanakah tindakan pencegahan fase kekambuhan pada pasien
dengan asma bronkial di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat tahun 2018
?
C.
Tujuan
penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Tujuan
Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada
pasien asma bronkial dalam pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Pemangkat Tahun 2018.
2. Tujuan
Khusus
a. Mendapatkan
gambaran pelaksanaan pengkajian keperawatan pada pasien asma bronkial dalam
pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat
tahun 2018.
b. Mendapatkan
gambaran diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien asma bronkial dalam
pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat
tahun 2018.
c. Mendapatkan
gambaran intervensi keperawatan yang efektif pada pasien asma bronkial dalam
pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat
tahun 2018.
d. Mendapatkan
gambaran implementasi keperawatan yang efektif pada pasien asma bronkial dalam
pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat
tahun 2018.
e. Mendapatkan
gambaran hasil evaluasi asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial dalam
pencegahan fase kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat
tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Pemangkat
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan rujukan metode pelaksanaan tindakan pencegahan fase kekambuhan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial dalam
Pencegahan Fase Kekambuhan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah Pemangkat.
2.
Bagi Jurusan
Keperawatan Singkawang
Sebagai
tambahan referensi atau masukkan dalam sebuah penelitian keperawatan terutama
tentang asma bronkial dan sebagai tambahan informasi di dalam pembelajaran
khususnya keperawatan medikal bedah.
3.
Bagi Profesi
Keperawatan
Manfaat
yang bisa diperoleh bagi profesi keperawatan adalah dapat dijadikan sebagai
salah satu intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien asma bronkial dalam
mencegah kekambuhan.
4.
Bagi Masyarakat/Pasien
Asma Bronkial
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
tentang asma bronkial serta dapat menerapkan tindakan atau latihan yang
diberikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah komplikasi yang lebih
berat.
5.
Bagi Peneliti
Manfaat
bagi peneliti adalah dapat menjadi awal dari penelitian-penelitian selanjutnya
yang terkait dengan keperawatan serta sebagai sarana dan alat untuk
meningkatkan pengetahuan atau pengalaman nyata dan pendalaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien asma bronkial dengan khususnya dalam pencegahan fase
kekambuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar